tag:blogger.com,1999:blog-87101576998872861432024-03-13T11:05:45.601-07:00blog tempat belajar biologiBelajar Biologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/03850849714678851099noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-8710157699887286143.post-23904709882989556372012-09-01T23:01:00.003-07:002012-09-01T23:01:21.572-07:00CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP<strong>A. Pengertian Makhluk Hidup</strong><br />
Bunga mawar, kelinci, burung, dan manusia, semuanya bergerak,
memerlukan makanan, bernapas, dan berkembang biak. Mengapa hal ini
terjadi? Hal tersebut terjadi karena mereka adalah makhluk hidup. Mobil
tidak bisa bergerak jika tidak diberi bensin dan dikemudikan. Demikian
juga dengan sepeda dan becak, jika tidak dikendarai manusia tidak akan
bergerak.Benda-benda itu tidak bernapas, tidak memerlukan makanan, dan
tidak bertambah banyak. Mengapa demikian? Karena mereka adalah makhluk
tak hidup. Jadi, makhluk hidup adalah makhluk yang memiliki ciri-ciri
kehidupan seperti bernapas, bergerak, dan berkembang biak.<br />
<strong>B. Ciri-Ciri Makhluk Hidup</strong><br />
Aktivitas yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup prosesnya tidak
dapat diamati secara langsung, tetapi berdasarkan ciri-ciri yang
dimilikinya. Makhluk hidup memiliki beberapa ciri, yaitu bernapas,
bergerak, makan, tumbuh, peka terhadap rangsangan, dan dapat berkembang
biak.<br />
<ol>
<li>Bernapas</li>
</ol>
Semua makhluk hidup melakukan proses pernapasan. Bernapas adalah
proses mengambil udara (O2) dari luar dan mengeluarkan udara (CO2) dari
dalam tubuh. Oksigen (O2) sangat diperlukan makhluk hidup untuk
pembakaran makanan dalam tubuh dan menghasilkan energi yang diperlukan
tubuh atau disebut juga oksidasi tubuh. Energi ini digunakan tubuh untuk
bergerak dan melakukan aktivitas lainnya.<br />
Proses pernapasan makhluk hidup berbeda-beda, bergantung pada tempat
hidup dan jenis makhluk hidup. Makhluk hidup yang hidup di darat
memiliki sistem pernapasan yang berbeda dengan makhluk hidup yang hidup
di air. Pernapasan burung berbeda dengan amfibi.<br />
Manusia dan hewan di darat umumnya bernapas dengan paruparu. Oksigen
diambil dari udara melalui hidung. Untuk makhluk hidup yang hidup di
air, seperti ikan bernapas dengan insang. Makhluk hidup yang di air
menggunakan oksigen yang terlarut dalam air untuk bernapas.<br />
Bagaimana dengan tumbuhan, apakah mereka juga bernapas? Tumbuhan pun
bernapas. Oksigen diambil oleh tumbuhan melalui stomata atau mulut
daun, dan lentisel (lubang-lubang yang ada pada batang tumbuhan).<br />
<ol>
<li>Bergerak</li>
</ol>
Bergerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Gerak pada manusia
dan hewan jelas tampak terlihat. Kamu dapat berjalan, berlari, dan
menggerakkan tangan. Begitu juga dengan hewan dapat berlari, terbang,
dan lain sebagainya. Untuk melakukan gerakan tersebut, manusia dan hewan
dibantu oleh alat gerak. Pada manusia, misalnya tangan dan kaki.
Sedangkan, pada hewan, seperti sayap, sirip, kaki, silia, dan lainnya.<br />
Selain manusia dan hewan, tumbuhan juga melakukan gerakan, tapi
gerakan ini tidak mudah dilihat. Contoh gerakan pada tumbuhan adalah
menutupnya daun putri malu bila disentuh. Daun-daun pohon petai cina
yang menutup pada sore hari, arah tumbuhnya tanaman selalu ke arah
datangnya sinar matahari, dan bunga matahari yang selalu menghadap
matahari. Gerakan pada tumbuhan disebabkan karena ada rangsangan dari
luar.<br />
<ol>
<li>Makan</li>
</ol>
Seluruh makhluk hidup membutuhkan makanan. Makanan yang dimakan
harus mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Contohnya,
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Karbohidrat sangat
diperlukan tubuh untuk menghasilkan energi. Zat makanan ini terdapat
dalam umbi-umbian seperti singkong, kentang, dan ketela. Selain itu,
terdapat dalam biji-bijian, seperti jagung, beras, gandum, dan tepung
terigu. Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan bagi tubuh. Lemak
memiliki kalori paling tinggi dibandingkan zat makanan lainnya. Zat
makanan ini terdapat dalam susu dan mentega.<br />
Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel tubuh yang
rusak. Protein dibagi menjadi dua macam, yaitu protein hewani dan
protein nabati. Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan,
contohnya: telur, daging, susu, dan ikan. Sedangkan, protein nabati
adalah protein yang berasal dari tumbuhan, contohnya: kacangkacangan,
dan buah-buahan.<br />
Vitamin dan mineral diperlukan tubuh kita untuk mengatur proses
kegiatan tubuh. Vitamin dapat diperoleh dari buah-buahan dan
sayursayuran, seperti: wortel, sayur bayam, kangkung, jeruk, alpukat,
apel, dan sebagainya.<br />
<ol>
<li>Iritabilitas</li>
</ol>
Salah satu c iri makhluk hidup adalah respons terhadap rangsangan.
Kemampuan makhluk hidup memberi tanggapan terhadap rangsangan disebut
iritabilitas. Hewan memiliki sistem saraf dalam menanggapi adanya
rangsangan, sedangkan tumbuhan tidak. Rangsangan dapat disebabkan oleh
faktor luar tubuh. Contohnya, mata kita akan mengedip bila terkena
cahaya yang silau. Contoh reaksi rangsangan yang diterima hewan adalah
anjing akan menegakkan telinga bila mendengar suara yang asing dan
sekelompok rusa akan berlari bila ada pemangsa yang mengintai.<br />
Ge rak pada tumbuhan terjadi karena adanya rangsangan zat kimia, gaya
gravitasi bumi, cahaya, air, dan sentuhan. Contohnya, daun putri malu
akan menutup bila disentuh, akar tumbuhan menjalar ke tempat banyak air,
tumbuhnya batang tumbuhan ke arah sinar matahari, dan akar tumbuhan
yang selalu tumbuh ke arah pusat bumi.<br />
<ol>
<li>Tumbuh</li>
</ol>
Makhluk hidup m engalami pertumbuhan dan perkembangan. Contohnya,
jika kamu menanam biji akan tumbuh menjadi kecambah, kemudian menjadi
tanaman kecil. Jika tanaman tersebut kamu siram setiap hari, maka akan
tumbuh menjadi tanaman yang besar.<br />
Pertumbuhan merupakan pertambahan sel-sel tubuh, sehingga ukuran
tubuh bertambah dan tidak bisa mengecil kembali. Bagaimana dengan
pertumbuhan hewan dan tumbuhan? Hewan dan tumbuhan juga mengalami
pertumbuhan seperti manusia, yaitu ukuran tubuhnya makin besar.
Pertumbuhan ini dapat diukur.<br />
<ol>
<li>Berkembang Biak</li>
</ol>
Coba kamu amati pohon pisang di sekitar tempat tinggalmu? Biasanya,
di sekitar pohon pisang terdapat tunas-tunas baru. Hal ini merupakan
contoh perkembangbiakan pada tumbuhan. Berkembang biak atau reproduksi
adalah kemampuan makhluk hidup untuk memperoleh keturunan.
Perkembangbiakan ini berguna untuk melestarikan jenisnya.Cara
perkembangbiakan pada hewan dibagi menjadi dua macam, yaitu secara
generatif (kawin) dan secara vegetatif (tak kawin). Pada hewan tingkat
tinggi umumnya berkembang biak secara kawin, sedangkan pada hewan
tingkat rendah berkembang biak dengan vegetatif (tak kawin).<br />
Bagaimana perkembangbiakan pada tumbuhan? Tumbuhan tidak hanya
berkembang biak dengan biji, tetapi juga dapat berkembang biak secara
vegetatif atau tidak kawin. Contoh perkembangbiakan vegetatif pada
tumbuhan, di antaranya stek, cangkok, dan tunas.Belajar Biologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/03850849714678851099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8710157699887286143.post-16504853280612606312012-09-01T22:58:00.003-07:002012-09-01T22:58:21.378-07:00HAKIKAT BIOLOGI SEBAGAI ILMUHAKIKAT BIOLOGI SEBAGAI ILMU<br />
Di antara makhluk hidup, manusia memiliki derajat lebih tinggi. Ia
memiliki sifat “ingin tahu“ yang berasal dari akal budinya. Kemampuan
itu tidak dimiliki makhluk hidup lain (seperti hewan dan tumbuhan).
Sifat keingintahuan manusia adalah ingin tahu lebih banyak akan segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Sifat ini mendorong manusia
untuk melakukan penelitian. Dengan penelitian tersebut, manusia dapat
menjawab ketidaktahuan serta mampu memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.<br />
Seiring dengan perkembangan zaman, sifat keingintahuan manusia
semakin berkembang. Hal itu dilakukan dengan cara mempelajari,
mengadakan pengamatan dan penyelidikan untuk menambah pengetahuan dan
keterampilannya tentang makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan
tumbuhan serta alam sekitarnya. Ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang makhluk hidup disebut <em>biologi</em> atau <em>ilmu hayat</em>.<br />
Mengapa kita perlu mempelajari ilmu biologi? Apa saja manfaat atau
kegunaan kita mempelajari ilmu tersebut? Pelajarilah materi berikut ini
dengan baik!<br />
<ol>
<li>ILMU BIOLOGI</li>
</ol>
Semua makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, dan manusia adalah
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Di antara ciptaan-Nya, manusia merupakan
makhluk hidup yang paling sempurna karena diberi akal budi. Dengan akal
budi, manusia senantiasa memiliki sifat ingin tahu sehingga terciptalah
berbagai macam ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu
mengubah kehidupan dari zaman prasejarah primitif yang dikenal dengan
zaman batu sampai sekarang ini menjadi zaman modern.<br />
Di era globalisasi seperti sekarang ini, ilmu pengetahuan berkembang
sangat cepat yang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Contohnya,
jika terjadi suatu peristiwa di suatu wilayah, misalnya peristiwa perang
antara Irak – Amerika Serikat; terjadinya bencana gelombang pasang
tsunami di Daerah Istimewa Aceh, maka hanya dalam hitungan menit, bahkan
detik peristiwa tersebut dapat segera diketahui pihak di wilayah lain,
walaupun dari jarak yang cukup jauh. Begitu juga dengan ilmu biologi
yang telah mencapai perkembangan luar biasa karena telah mencapai
pengetahuan substansi kehidupan sampai pada tingkat molekuler. Contoh
manfaat ilmu biologi pada tingkat molekuler, yaitu peristiwa terjadinya
bom Bali. Pada peristiwa itu pelaku peledakan ikut hancur bersama
bomnya, maka satu-satunya cara untuk mengetahui identitas pelaku
peledakan yaitu hanya dengan menggunakan tes DNA yang terdapat pada
tingkat molekuler.<br />
<ol>
<li>Pengertian Ilmu</li>
</ol>
Jika manusia merasa lapar, upaya apakah yang akan dilakukan? Dorongan
rasa lapar menyebabkan manusia berupaya mencari makanan, yaitu dengan
mencoba-coba memakan tumbuhan atau hewan yang ada di sekitarnya. Usaha
tersebut terkadang salah dan terkadang benar. Namun, akhirnya dari
pengalaman tersebut manusia sudah mampu membedakan antara tumbuhan dan
hewan yang bisa dimakan maupun yang tidak bisa dimakan.<br />
Sumber bahan makanan manusia antara lain berasal dari hewan, misalnya
daging sapi, ayam, dan lain-lain. Semula manusia memakannya dengan
olahan yang sederhana. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan
pemikiran, manusia mulai mencari cara menjadikan makanannya lebih
berkualitas, misalnya daging untuk bahan makanan diolah agar menjadi
lebih baik kualitasnya, seperti agar lebih lunak, higienis, serta bebas
dari kuman penyakit. Bagaimana syarat-syarat itu bisa terpenuhi?
Akhirnya manusia menemukan gagasan, yaitu dengan cara menggoreng,
merebus, membakar, atau dengan proses yang lain. Peristiwa tersebut
merupakan contoh dari awal mula ditemukan ilmu, yaitu dengan cara
berpikir sederhana dan dilakukan dengan cara mencoba-coba, sampai
selanjutnya mendapatkan pengalaman yang menjadi dasar sebuah
pengetahuan.<br />
Seiring dengan perkembangan zaman, pola pikir manusia semakin
berkembang pula. Manusia mulai memikirkan tentang alam sekitar
berdasarkan rasa keingintahuannya, dengan mengadakan pengamatan dan
penyelidikan sehingga ilmu pengetahuan semakin berkembang dengan pesat.
Hal ini saling terkait dengan kehidupan masyarakat yang sejalan dengan
perkembangan teknologi. Contohnya, penemuan varietas bibit unggul, kawin
suntik pada sapi, kelapa hibrida, padi hasil mutasi buatan dari Batan,
yaitu padi jenis Atomita yang berguna untuk meningkatkan produksi pangan
bagi manusia. Akan tetapi, di sisi lain dengan adanya dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dapat menimbulkan dampak negatif, seperti timbulnya
pencemaran lingkungan.<br />
Anda tentu sudah mengetahui bahwa ilmu pengetahuan merupakan kumpulan
konsep, prinsip, hukum, dan teori yang dibentuk melalui serangkaian
kegiatan ilmiah. Bagaimana sifat atau ciri suatu ilmu pengetahuan? Suatu
pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu apabila memenuhi syarat atau
ciri-ciri sebagai berikut.<br />
<ol>
<li>Memiliki Objek Kajian</li>
</ol>
Suatu ilmu harus memiliki objek kajian, contoh ilmu matematika
memiliki objek kajian berupa angka-angka, ilmu kimia memiliki objek
kajian berupa zat-zat beserta sifatnya. Bagaimana dengan objek kajian
biologi?<br />
<ol>
<li>Memiliki Metode</li>
</ol>
Pengembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dilakukan secara
asal-asalan, tetapi menggunakan cara atau metode tertentu. Metode yang
digunakan itu bersifat baku dan dapat dilakukan oleh siapapun. Metode
apakah yang digunakan untuk menemukan kebenaran secara ilmiah? Coba
ingatlah kembali pelajaran tentang metode ilmiah yang Anda pelajari di
SMP/MTs!<br />
<ol>
<li>Bersifat Sistematis</li>
</ol>
Dalam biologi, jika kita akan mempelajari tentang sel, maka materi
yang akan kita pelajari perlu mendapat dukungan materi lain, misalnya
tentang jaringan, organ, sistem organ, dan individu. Demikian pula
sebaliknya, sehingga pengetahuan-pengetahuan itu tidak bertolak
belakang. Ilmu pengetahuan bersifat sistematis adalah bahwa sebuah
pengetahuan harus memiliki hubungan ketergantungan dan teratur, tidak
boleh ada unsur-unsur yang saling bertolak belakang.<br />
<ol>
<li>Bersifat universal</li>
</ol>
Apakah yang dimaksud dengan universal? Coba Anda ingat kembali
tentang materi reproduksi yang terjadi pada makhluk hidup! Reproduksi
seksual selalu dimulai dengan adanya pertemuan antara sperma dan sel
telur. Anda pikirkan, apakah hal itu berlaku untuk semua jenis makhluk
hidup? Jika benar, berarti ilmu itu berlaku secara umum atau bersifat
universal. Jadi, kebenaran yang disampaikan oleh ilmu harus berlaku
secara umum.<br />
<ol>
<li>Bersifat Obyektif</li>
</ol>
Bagaimana jika ilmu bersifat tidak objektif? Dapatkah ilmu itu
dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia? Sebuah ilmu harus
menggambarkan keadaan secara apa adanya, yaitu mengandung data dan
pernyataan yang sebenarnya (bersifat jujur), bebas dari prasangka,
kepentingan, atau kesukaan pribadi.<br />
Saat ini, ilmu biologi sudah mengalami perkembangan yang luar biasa.
Telah disebutkan di awal materi bahwa pada saat terjadi peristiwa bom
Bali, untuk mengungkap identitas pelaku peledakan bom tidak bisa
dilakukan dengan menggunakan sidik jari karena tubuh pelaku peledakan
bom juga ikut hancur. Untuk mengetahui identitas pelaku hanya dapat
digunakan satu cara, yaitu dengan menggunakan tes DNA yang berasal dari
serpihan tubuh pelaku peledakan yang kemudian dicocokkan dengan DNA
orang tuanya.<br />
<ol>
<li>Bersifat Analitis</li>
</ol>
Ingatlah kembali pelajaran IPA saat Anda belajar di SMP/MTs! Jika
ingin mempelajari struktur dan fungsi tumbuhan, maka Anda akan
mempelajari bagian-bagian yang lebih rinci, yaitu akar, batang, daun,
dan sebagainya. Itulah sebabnya kajian suatu ilmu dapat terbagi-bagi
menjadi bagian yang lebih rinci guna memahami berbagai hubungan, sifat,
serta peranan dari bagian-bagian tersebut.<br />
<ol>
<li>Bersifat verifikatif</li>
</ol>
Suatu ilmu mengarah pada tercapainya suatu kebenaran. Misalnya, teori tentang <em>Generatio Spontanea,</em>
menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang sudah
diyakini kebenarannya, tetapi akhirnya teori itu digugurkan dengan teori
<em>Biogenesis</em>, menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga. Akhirnya teori ini diyakini kebenarannya sampai sekarang.<br />
Coba Anda pikirkan, apakah suatu konsep yang diperoleh hanya dengan
mengira-ngira atau menerka saja dan hasilnya berupa pendapat atau
perkiraan dapat juga disebut sebagai ilmu?<br />
<ol>
<li>Objek Kajian Biologi</li>
</ol>
Sekarang Anda sudah memahami tentang ilmu pengetahuan beserta
sifat-sifatnya. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan.
Ilmu biologi sering pula disebut ilmu hayat, yaitu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang makhluk hidup. Ketika mempelajari biologi di
SMP/MTs, tentu saja Anda sudah pernah melakukan pengamatan dan
melaksanakan eksperimen. Semakin banyak objek yang Anda amati, semakin
banyak pula yang dapat Anda eksperimenkan.<br />
Objek kajian biologi meliputi manusia, hewan, tumbuhan, serta
mikroorganisme yang dapat dilihat dengan mata telanjang maupun dengan
menggunakan bantuan alat, misalnya mikroskop. Jika Anda mengamati dengan
mata telanjang, kesan apa yang Anda peroleh dari suatu objek? Anda
hanya dapat mengamati tentang warna, bentuk, wujud, serta ukuran objek.
Apakah pengamatan tersebut sudah cukup untuk dalam suatu kegiatan ilmu
pengetahuan? Tentu saja masih banyak yang harus kita ketahui tentang
berbagai hal dari suatu objek,<br />
seperti berat benda, rasa, bau, suhu, kasar halus, bunyi atau suara
dan sifat lainnya, sehingga alat indra manusia memiliki keterbatasan
untuk mengamatinya.<br />
Jika Anda mengamati jasad renik atau melihat benda yang jaraknya
sangat jauh, apakah Anda mampu mengamati dengan mata telanjang? Tentu
saja tidak, Anda memerlukan alat bantu, seperti mikroskop atau teleskop<br />
Seiring dengan berkembangnya bermacam-macam ilmu pengetahuan, biologi
sebagai ilmu pengetahuan alam juga berkembang, sehingga objek kajian
ilmu biologi semakin banyak. Para ilmuwan tidak sanggup lagi mempelajari
secara mendalam seluruh kajian biologi sebagai satu objek studi yang
akan dipelajari. Berdasarkan hal itu, maka ilmu biologi memiliki cabang
ilmu spesifik dan objek kajian yang semakin khusus untuk memudahkan cara
pembelajarannya, mengingat pada umumnya seseorang hanya mampu mendalami
salah satu cabang ilmu. Ibarat pohon, ilmu biologi memiliki
cabang-cabang seperti berikut.<br />
<strong>Anatomi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian struktur tubuh dalam makhluk hidup<br />
<strong>Agronomi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang tanaman budidaya <strong>Andrologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang macam hormon dan kelainan reproduksi pria <strong>Algologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang alga/ganggang <strong>Botani </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan <strong>Bakteriologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang bakteri <strong>Biologi molekuler </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang kajian biologi pada tingkat molekul <strong>Bioteknologi </strong>:
Ilmu yang mempelajari tentang penggunaan penerapan proses biologi
secara terpadu yang meliputi proses biokimia, mikrobiologi, rekayasa
kimia untuk bahan pangan dan peningkatan kesejahteraan manusia <strong>Ekologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan <strong>Embriologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan embrio <strong>Entomologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang serangga <strong>Evolusi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang perubahan struktur tubuh makhluk hidup secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama <strong>Epidemiologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang penularan penyakit <strong>Eugenetika </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang hukum pewarisan sifat <strong>Endokrinologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang hormon <strong>Enzimologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang enzim <strong>Fisiologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang faal (fungsi kerja) organ tubuh <strong>Fisioterapi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang pengobatan terhadap penderita yang mengalami kelumpuhan atau gangguan otot <strong>Farmakologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan <strong>Genetika </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat <strong>Histologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang jaringan <strong>Higiene </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang pemeliharaan kesehatan makhluk hidup <strong>Imunologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang sistem kekebalan (imun) tubuh <strong>Ichtiologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang ikan <strong>Karsinologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang crustacea <strong>Klimatologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang iklim <strong>Limnologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang perairan mengalir <strong>Mikrobiologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme <strong>Malakologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang moluska <strong>Morfologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau ciri luar organisme <strong>Mikologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang jamur <strong>Organologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang organ <strong>Onthogeni </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk hidup dari zigot menjadi dewasa <strong>Ornitologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang burung <strong>Phylogeni </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk<br />
hidup <strong>Patologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang penyakit dan pengaruh- nya bagi manusia <strong>Palaentologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang fosil <strong>Parasitologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang makhluk parasit <strong>Protozoologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang Protozoa <strong>Sanitasi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang kesehatan lingkungan <strong>Sitologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang sel <strong>Taksonomi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang penggolongan makhluk hidup <strong>Teratologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang cacat janin dalam kandungan <strong>Virologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang virus <strong>Zoologi </strong>: Ilmu yang mempelajari tentang hewan.<br />
3. Metode Dalam Ilmu Biologi<br />
Pernahkah Anda berpikir, mengapa para ilmuwan bisa menemukan teori
atau hukum dalam ilmu pengetahuan? Sebenarnya, mereka bukan orang-orang
yang super, tetapi mereka memiliki kelebihan dalam hal ketekunan,
kerajinan, serta tidak mudah merasa putus asa. Keberhasilan tidak hanya
ditentukan oleh kecerdasan saja, tetapi harus didukung dengan kerja
keras dan ketekunan sehingga dapat diperoleh suatu keberhasilan.<br />
Para ilmuwan tersebut bekerja secara sistematis, tekun, teliti, dan
disiplin. Metode apakah yang digunakan para ilmuwan tersebut? Coba ingat
kembali langkah-langkah metode ilmiah yang telah Anda pelajari di
SMP/MTs! Langkah-langkah metode ilmiah yang digunakan ilmuwan sehingga
berhasil menemukan suatu ilmu adalah sebagai berikut.<br />
a. Menemukan dan merumuskan masalah. b. Merumuskan hipotesis
(menyusun dugaan sementara). c. Merancang eksperimen untuk merancang
hipotesis. d. Melakukan percobaan. e. Mengadakan observasi atau
pengumpulan data. f. Menarik kesimpulan. g. Menguji kesimpulan dengan
eksperimen lain. h. Merumuskan hukum, konsep, atau prinsip.<br />
Bagaimana cara mempelajari ilmu biologi? Apakah Anda harus belajar
harus dengan pendekatan fakta, yaitu dengan cara menghafalkan nama,
definisi, dan gambar? Apakah dengan cara hafalan, data-data tersebut
mudah untuk diingat? Daya ingat setiap orang terbatas, sehingga hafalan
tersebut mudah untuk dilupakan. Bagaimana jika belajar dengan pendekatan
konsep? Pendekatan secara konsep merupakan pendekatan dua fakta atau
lebih yang membentuk satu pengertian. Cara belajar seperti ini masih
kurang baik, karena masih banyak fakta dan Anda masih lebih banyak
bertindak pasif dan belum berupaya sendiri.<br />
Kegiatan untuk mempelajari biologi sebaiknya dengan melakukan
pendekatan proses karena Anda akan mendapatkan fakta atau konsep
sendiri. Belajar seperti ini akan dapat bertahan dalam waktu yang lama
dan dapat membentuk sikap serta keterampilan ilmiah, seperti yang
dilakukan ilmuwan terdahulu. Contohnya, Mendel dalam menemukan ilmu
pengetahuan. Apabila Anda belajar dengan melakukan keterampilan proses,
yaitu meliputi kegiatan observasi, menggolongkan, menafsirkan,
memperkirakan, mengajukan pertanyaan, dan mengidentifikasi variabel,
maka Anda akan ‘menemukan’ ilmu itu sendiri. Berikut ini langkah-langkah
belajar dengan pendekatan proses.<br />
<ol>
<li>Mengobservasi</li>
</ol>
Observasi merupakan hasil dari pengamatan melalui indra, maka Anda
akan belajar dengan mencari gambaran atau informasi tentang objek
penelitian. Hasil apa saja yang kita peroleh dari suatu pengamatan? Coba
Anda sebutkan fungsi alat indra kita. Dengan mata, kita bisa melihat
bentuk, warna, serta gerak suatu objek. Dengan alat pendengaran, kita
bisa mendengar bunyi atau suara. Dengan lidah, kita bisa merasakan
berbagai rasa, dengan perabaan bisa mengetahui permukaan objek, adapun
dengan penciuman kita bisa merasakan macam-macam bau.<br />
Dalam mempelajari biologi, kegiatan observasi ini bisa dibantu dengan
alat bantu, antara lain mikroskop, kertas lakmus, lup, termometer,
penggaris, dan sebagainya. Hasil observasi dapat berupa gambar, bagan,
tabel, atau grafik.<br />
<ol>
<li>Menggolongkan</li>
</ol>
Untuk memudahkan cara mempelajari suatu objek, maka kita lakukan
penggolongan suatu objek itu. Jika kita melakukan kegiatan untuk
menggolongkan makhluk hidup, maka hasilnya dapat berupa bagan. <strong>Contoh: </strong>Jika
Anda diminta membuat penggolongan tanaman kembang merak, kembang
sepatu, rumput, palem maka contoh hasilnya bagan sebagai berikut.<br />
<ol>
<li>Menafsirkan</li>
</ol>
Menafsirkan artinya memberikan arti terhadap suatu kejadian
berdasarkan kejadian lainnya. Ketika menafsirkan suatu data, hendaknya
kita menggunakan acuan atau patokan.<br />
<strong>Contoh: </strong>Suatu hari Anda menanam 10 tanaman cabai di
halaman rumah. Tanaman cabai itu tumbuh dengan subur. Karena beberapa
hari kurang perawatan, akhirnya 5 tanaman cabai mati. Contoh
penafsirannya, ada penurunan jumlah populasi tanaman cabai sebesar 5 10<br />
Biji berkeping satu Biji berkeping dua × 100% = 50%. Penurunan
populasi ini mungkin disebabkan oleh pengaruh cuaca, kekurangan air,
suhu, atau kelembapan udara.<br />
<ol>
<li>Memperkirakan</li>
</ol>
Kegiatan memperkirakan bukan berarti meramalkan, tetapi membuat
perkiraan berdasarkan pada kejadian sebelumnya atau hukum-hukum yang
berlaku. <strong>Contoh: </strong>Anda mengamati pertumbuhan tanaman
cabai. Pada hari ke-5 tingginya 4 cm, pada hari ke-10 tingginya 6 cm,
hari ke-15 tingginya 8 cm, dan pada hari ke-20 tingginya 10 cm. Jika
dibuat menjadi sebuah grafik,<br />
<ol>
<li>Mengajukan Pertanyaan</li>
</ol>
Seringkah Anda memiliki naluri ‘ingin tahu’ untuk mengetahui suatu
permasalahan? Untuk menemukan suatu permasalahan, Anda harus dapat
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa, bagaimana, di mana,
kapan, mengapa, dan siapa terhadap suatu objek. Contohnya, suatu saat
Anda mengamati tanaman cabai di sekitar rumah. Tanaman cabai tersebut
sepertinya terlihat akan mati karena banyak daun yang mulai layu dan
menguning, serta banyak bunga yang berguguran. Selanjutnya, tentu akan
timbul pertanyaan untuk mengetahui permasalahan tersebut. Bagaimana ciri
tanaman cabai yang subur dan tanaman cabai yang tidak subur? Adakah
ciri-ciri ketidaksuburan pada tanaman cabai yang Anda amati? Pada bagian
mana tanaman itu terganggu? Mengapa tanaman cabai menjadi tidak subur?<br />
Semua pertanyaan itu perlu dicari jawabannya. Di antara pertanyaan
itu, ada yang bisa dijawab dan ada yang belum bisa dijawab. Pertanyaan
yang belum terjawab merupakan permasalahan yang harus dicari jawabannya,
misalnya dengan cara membaca laporan-laporan dari penemuan sebelumnya
atau bisa juga dengan cara lain.<br />
<ol>
<li>Mengidentifikasi Variabel</li>
</ol>
Tentu Anda mengetahui bahwa pertumbuhan tanaman cabai membutuhkan
tanah sebagai tempat tumbuhnya yang ditunjang dengan pupuk, air, pH,
cahaya, suhu, serta udara. Faktor-faktor pendukung itulah yang dimaksud
dengan variabel. Jadi, <em>variabel</em> merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai (ukuran tertentu) serta dapat berubah atau diubah.<br />
Ada tiga jenis variabel, yaitu<em> variabel bebas, variabel kontrol</em>, dan <em>variabel terikat</em>.
Pada contoh tersebut, tanah sebagai variabel bebas karena akan diteliti
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman cabai. Variabel bebas adalah
faktor yang dapat dibuat bervariasi. Adapun faktor seperti cahaya, suhu,
pH, air, udara, dan pupuk merupakan variabel kontrol, yaitu faktor lain
yang ikut berpengaruh dan dibuat sama serta terkendali, sedangkan
pertumbuhan tanaman cabai sebagai variabel terikat, yaitu faktor yang
muncul akibat variabel bebas.<br />
<ol>
<li>Cara Permecahan Masalah Dalam Biologi</li>
</ol>
Jika Anda sudah mempelajari biologi dengan cara melakukan pendekatan
proses, maka langkah selanjutnya adalah melakukan eksperimen. Eksperimen
merupakan kegiatan melalui tata cara tertentu yang biasa dilakukan oleh
ilmuwan, dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau menemukan jawaban
terhadap suatu masalah. Samakah cara yang dilakukan para ilmuwan untuk
memecahkan suatu masalah? Ada beberapa indikator/petunjuk untuk
menyelesaikan suatu masalah dalam pembelajaran biologi. Apa saja
indikator tersebut?<br />
Beberapa indikator yang dipakai untuk memecahan masalah adalah sebagai berikut.<br />
<ol>
<li>Merumuskan Masalah</li>
</ol>
Dari hasil suatu pengamatan akan timbul suatu permasalahan.
Selanjutnya masalah itu dirumuskan, kemudian akan diperoleh fakta yang
berkaitan dengan masalah yang akan dihadapi.<br />
<strong>Contoh: </strong>Anda ingin mencoba memberikan pupuk kompos
terhadap tanaman cabai. Perubahan kondisi yang akan diteliti adalah
pertumbuhan tanaman cabai, yaitu tentang perubahan tinggi tanaman serta
besar daunnya dibandingkan dengan tanaman cabai yang tidak diberi pupuk.
Selanjutnya, Anda dapat merumuskan suatu masalah, misalnya adakah
pengaruh pupuk kompos terhadap pertumbuhan tanaman cabai? Dari
permasalahan ini kemudian disusun hipotesis/dugaan sementara.<br />
<ol>
<li>Menguji Hipotesis</li>
</ol>
Setelah menyusun jawaban sementara, misalnya bahwa pupuk kompos
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai, selanjutnya hipotesis
itu diuji dengan melakukan eksperimen melalui tahap-tahap berikut.<br />
<ol>
<li>Perencanaan</li>
</ol>
Kegiatan perencanaan ini dilakukan sebelum melakukan eksperimen,
yaitu dengan merencanakan dan mempersiapkan alat serta bahan terlebih
dahulu. Semua peralatan yang dibutuhkan hendaknya didaftar, jangan
sampai ada yang terlupakan atau tidak tersedia saat diperlukan. Misalnya
untuk contoh di atas, maka alat dan bahan yang diperlukan adalah biji
tanaman cabai, pot, tanah, pupuk kompos, air, penggaris/meteran, pensil,
kertas, sekam, cetok, timbangan, dan sendok.<br />
<ol>
<li>Pelaksanan Eksperimen</li>
</ol>
Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah menyiapkan semua
kondisi yang sama terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pada pelaksanaan eksperimen hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.<br />
<ol>
<li>Taraf Perlakuan</li>
</ol>
Kegiatan pada taraf perlakuan adalah menentukan dan mengontrol
variabel. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak.<br />
Misalnya,<strong> </strong>sesuatu yang akan dicobakan, yaitu pupuk disebut sebagai <em>variabel bebas</em>,
kemudian diberikan taraf perlakuannya, yaitu dengan memberikan pupuk
dengan dosis yang berbeda-beda. Antara dosis pertama dengan dosis
berikutnya sebaiknya meningkat secara tetap. Misalnya, perlakuan pertama
dosisnya 1, perlakuan kedua dosisnya 2, perlakuan ketiga dosisnya 3,
dan seterusnya. Setiap tingkatan dosisnya naik 1 kali.<br />
<ol>
<li>Pengendalian Faktor Lain</li>
</ol>
Jika dalam suatu eksperimen akan dibuktikan pengaruh pupuk, maka
pengaruh faktor lain harus dikendalikan, yaitu dengan cara memberikan
faktor (variabel) pada semua kelompok perlakuan yang sama. Misalnya,
pemberian air, besarnya pot, banyak tanah, jenis cabai, cahaya matahari,
frekuensi pemupukan semuanya harus diperlakukan sama. Variabel ini
dinamakan <em>variabel tak bebas </em>atau <em>variabel terkendali.</em><br />
<ol>
<li>Pengulangan</li>
</ol>
Sebaiknya dalam melaksanakan perlakuan eksperimen tidak hanya
terhadap satu individu atau satu kelompok saja sebab sangat riskan
karena data yang diperoleh bisa mengalami kesalahan yang tidak
disengaja. Selain itu, satu individu/satu kelompok saja tidak bisa
mewakili seluruh populasi.<br />
Misalnya, jumlah setiap perlakuan ada 3 individu, berarti dalam
eksperimen tersebut ada 6 perlakuan akan diulang sebanyak 3 kali
sehingga untuk semua perlakuan terdapat 18 individu. Jadi, besarnya
sampel (jumlah individu/ kelompok yang diberi perlakuan) seluruhnya
adalah 18 individu. Semakin banyak ulangannya, berarti sampel juga
semakin besar, sehingga hasilnya semakin sahih/mendekati kebenaran.
Seperti terlihat pada contoh pemberian pupuk pada tanaman cabai. Pada
percobaan 3 tanaman cabai diberikan pupuk kompos dengan dosis yang
berbeda-beda<br />
<ol>
<li>Pengukuran</li>
</ol>
Agar diperoleh data yang kuantitatif dan akurat, sebaiknya dilakukan
pengukuran. Misalnya, untuk mengukur tinggi tanaman cabai, panjang
batang, dan lebar daunnya dengan menggunakan meteran/mistar.<br />
<ol>
<li>Observasi Dalam Ekserimen</li>
</ol>
Maksud observasi dalam eksperimen adalah mengamati dengan teliti
perubahan atau gejala yang terjadi ketika melakukan percobaan dengan
maksud mengumpulkan data yang lebih banyak.<br />
<strong>Contoh: </strong>Percobaan yang dilakukan pada contoh
pengulangan tersebut di atas diketahui ternyata tanaman cabai mempunyai
ketinggian yang berbedabeda walaupun diberikan pupuk yang sama<br />
<ol>
<li>Menjawab Masalah</li>
</ol>
Dari masalah yang akan dijawab, melalui kegiatan eksperimen dicari
dan ditemukan jawabannya berdasarkan analisis data yang diperoleh dalam
eksperimen, kemudian didiskusikan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
mencari rata-rata dari semua data yang diperoleh atau diubah ke dalam
persen kemudian dibuat grafik. Hasil rata-rata itu kemudian ditafsirkan
dan dijadikan pijakan untuk membuat kesimpulan.<br />
<ol>
<li>Menguji Jawaban</li>
</ol>
Tahap ini dilakukan untuk meyakinkan kebenaran suatu jawaban.
Pengujian sekali lagi perlu dilakukan melalui percobaan seperti contoh
di depan. Pengujian ini dilakukan dengan kondisi dan perlakuan yang sama
seperti semula. Contoh dilakukan percobaan pemberian pupuk kompos
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai dengan perlakuan pada sejumlah
individu yang sama. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin banyak pemberian
pupuk, semakin banyak memberikan hasil yang paling baik dari sampel
yang dicobakan.<br />
<ol>
<li>Menarik Kesimpulan</li>
</ol>
Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil dari eksperimen. Kemungkinan
kesimpulan pertama, hipotesis ditolak jika dugaan sementara tidak sesuai
dengan hasil eksperimen. Apabila hipotesis diterima, berarti dugaan
sementara sesuai dengan hasil eksperimen. Manakah hasil eksperimen yang
baik, jika hipotesis ditolak atau diterima? Semua hasil eksperimen
dikatakan baik jika dilakukan dengan prosedur secara ilmiah, contoh dari
hasil percobaan terhadap pemberian pupuk diketahui pemberian pupuk
berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai.Belajar Biologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/03850849714678851099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8710157699887286143.post-41933293620779389212012-08-31T05:08:00.003-07:002012-08-31T05:08:21.700-07:00SEL<h2>
PEMBELAHAN SEL</h2>
<div style="text-align: justify;">
A. Reproduksi Sel<br />
Pernahkah kalian memikirkan proses tumbuhnya badan bayi hing-ga dewasa?
Dari bayi, kita dapat tumbuh menjadi bentuk sekarang ini disebabkan
sel-sel di dalam tubuh kita terus-menerus memperbanyak diri melalui
pembelahan sel. Oleh karena itu, pembelahan sel meru-pakan faktor
penting dalam hidup kita. Sel merupakan bagian terkecil yang menyusun
tubuh kita. Setiap sel dapat memperbanyak diri dengan membentuk sel-sel
baru melalui proses yang disebut pembelahan sel atau reproduksi sel .
Pada organ-isme bersel satu ( uniseluler ), seperti bakteri dan
protozoa, proses pem-belahan sel merupakan salah satu cara untuk
berkembang biak. Proto-zoa melakukan pembelahan sel dari satu sel
menjadi dua, dari dua sel menjadi empat, dan dari empat sel menjadi
delapan, dan seterusnya.<br />
Pada makhluk hidup bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel
mengakibatkan bertambahnya sel-sel tubuh. Oleh karena itu, terjadi-lah
proses pertumbuhan pada makhluk hidup. Pembelahan sel juga berlangsung
pada sel kelamin atau sel gamet yang bertanggung jawab dalam proses
perkawinan antar individu. Setelah dewasa, sel kelenjar kelamin pada
tubuh manusia membelah membentuk sel-sel kelamin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang laki-laki menghasilkan sperma di dalam testis, sedangkan wanita menghasilkan sel telur atau ovum di dalam ovarium.<br />
Pada dasarnya, pembelahan sel dibedakan menjadi dua, yaitu pembelahan
secara langsung (amitosis) dan pembelahan secara tidak langsung (mitosis
dan meiosis). Apa yang dimaksud dengan pembe-lahan sel secara langsung
maupun tidak langsung tersebut? Kalian akan mengetahuinya dengan
menyimak penjelasan berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<img alt="" class="aligncenter" height="507" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f9/Three_cell_growth_types.png" width="499" /><br />
1. Pembelahan Sel secara Langsung<br />
Proses pembelahan secara langsung disebut juga pembelahan ami-tosis atau
pembelahan biner. Pembelahan biner merupakan proses pembelahan dari 1
sel menjadi 2 sel tanpa melalui fase-fase atau tahap-tahap pembelahan
sel. Pembelahan biner banyak dilakukan organisme uniseluler (bersel
satu), seperti bakteri, protozoa, dan mikroalga (alga bersel satu yang
bersifat mikroskopis). Setiap terjadi pembelahan biner, satu sel akan
membelah menjadi dua sel yang identik (sama satu sama lain). Dua sel ini
akan membelah lagi menjadi empat, begitu seterus-nya. Pembelahan biner
dimulai dengan pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian diikuti
pembelahan sitoplasma. Akhirnya, sel terbelah menjadi dua sel anakan.
Pembelahan biner dapat terjadi pada organisme prokariotik atau
eukariotik tertentu. Perbedaan antara organisme prokariotik dan
eukariotik, terutama berdasarkan pada ada tidaknya membran inti selnya.
Membran inti sel tersebut membatasi cairan pada inti sel ( nukleoplasma)
dengan cairan di luar inti sel, tempat terdapatnya organel sel (
sitoplasma). Organisme prokariotik tidak mempunyai membran inti sel,
sedangkan organisme eukariotik mempunyai membran inti sel. Oleh karena
itu, eukariotik dikatakan mempunyai inti sel (nukleus) sejati.<br />
Pembelahan biner pada organisme prokariotik terjadi pada bakteri. DNA bakteri terdapat pada daerah yang disebut nukleoid .<br />
DNA pada bakteri relatif lebih kecil dibandingkan dengan DNA pada sel
eukariotik. DNA pada bakteri berbentuk tunggal, panjang dan sirkuler
sehingga tidak perlu dikemas menjadi kromosom sebelum pembelahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<img alt="" class="aligncenter" height="576" src="http://zaifbio.files.wordpress.com/2012/03/celldividing.jpg?w=768&h=576" width="768" /><br />
Contoh organisme eukariotik yang mengalami pembelahan biner adalah
Amoeba. Proses pembelahan sel pada Amoeba dapat kalian pe-lajari pada
Gambar 4.2.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Pembelahan Sel secara Tidak Langsung (Mitosis dan Meiosis)<br />
Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan yang melalui
tahapan-tahapan tertentu. Setiap tahapan pembelahan ditandai dengan
penampakan kromosom yang berbeda-beda. Kalian telah mengetahui bahwa di
dalam inti sel terdapat benang-benang kromatin . Ketika sel akan
membelah, benang-benang kromatin ini menebal dan memendek, yang kemudian
disebut kromosom. Kromosom dapat berikatan dengan warna tertentu,
sehingga mudah diamati dengan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kromosom merupakan benang pembawa sifat. Di dalam kromosom
terdapat gen sebagai faktor pembawa sifat keturunan.<br />
Pada waktu sel sedang membelah, terjadi proses pembagian kromosom di
dalamnya. Tingkah laku kromosom selama sel membelah dibedakan menjadi
fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan sel yang terjadi
melalui fase-fase itulah yang disebut pembelahan secara tidak langsung.
Mengenai fase-fase pembelahan mitosis akan dibahas pada subab
tersendiri.<br />
Pembelahan sel secara tidak langsung dibedakan menjadi dua, yaitu
pembelahan mitosis dan meiosis . Sebelum kalian mempelajari lebih jauh
tentang pembelahan sel secara tidak langsung, ada baiknya kalian lakukan
rubrik Diskusi beri-kut ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Proses pertumbuhan dan perkembangan
jaringan atau organ tu-buh organisme terjadi melalui proses pembelahan
sel secara mitosis. Pembelahan mitosis adalah pembelahan sel yang
menghasilkan sel anakan dengan jumlah kromosom sama dengan jumlah
kromosom induknya. Proses pembelahan mitosis terjadi pada semua sel
tubuh makhluk hidup, kecuali pada jaringan yang menghasilkan gamet (sel
kelamin).<br />
Pada pembelahan mitosis, satu sel induk membelah diri menjadi dua sel
anakan. Sel anakan ini mewarisi sifat sel induknya dan memiliki jumlah
kromosom yang sama dengan induknya. Jika sel induk memi-liki 2n
kromosom, maka setiap sel anakan juga emiliki 2n kromo-som. Jumlah 2n
ini disebut juga kromosom diploid .<br />
Pembelahan mitosis terjadi selama pertumbuhan dan reproduksi secara
aseksual. Pada manusia dan hewan, pembelahan mitosis terjadi pada sel
meristem somatik (sel tubuh) muda yang mengalami pertum-buhan dan
perkembangan. Sebagai contoh, sel telur yang telah dibuahi sperma akan
membelah beberapa kali secara mitosis untuk membentuk embrio. Sel-sel
pada embrio ini terus-menerus membelah secara mitosis dan akhirnya
terbentuk bayi. Pertumbuhan manusia dari bayi hingga dewasa juga melalui
mekanisme pembelahan sel secara mitosis. Inilah salah satu bentuk
kekuasaan tuhan yang harus kita syukuri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<img alt="" class="alignnone" height="538" src="http://www.accessexcellence.org/RC/VL/GG/images/MITOSIS.gif" width="450" /><br />
Pembelahan meiosis yang disebut juga sebagai pembelahan reduksi
merupakan pembelahan sel induk dengan jumlah kromosom diploid (2n)
menghasilkan empat sel anakan. Setiap sel anakan mengandung separuh
kromosom sel induk atau disebut haploid ( n). Pembelahan meiosis terjadi
pada proses pembentukan sel gamet (sel kelamin) pada organ reproduksi
(testis atau ovarium). Pada manusia atau hewan, sperma yang haploid
dihasilkan di dalam testis dan sel telur yang juga haploid dihasilkan di
dalam ovarium. Pada tumbuhan berbunga, sel gamet dihasilkan di dalam
putik dan benang sari. Pembentukan gamet jantan dan gamet betina terjadi
melalui tahapan gametogenensis (dibahas pada subbab tersendiri).
Penyatuan kedua gamet akan menghasilkan zigot dengan variasi genetik.
Ini disebabkan karena sel anakan merupakan hasil penyatuan dua sel yang
berbeda materi genetiknya. Perpaduan ini menyebabkan adanya variasi
genetik.</div>
<img alt="" class="aligncenter" height="482" src="http://www.stmary.ws/highschool/science/apbio/Heredity/heredity%20images/meiosis-big.gif" width="355" /><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
B. Tahapan Pembelahan Mitosis<br />
Pembelahan sel secara mitosis meliputi sejumlah tahapan tertentu.
Sebenarnya, pembelahan mitosis hanyalah sebagian kecil dari siklus sel.
Siklus sel terdiri dari fase pembelahan mitosis (M) dan periode
pertumbuhan yang disebut interfase. Interfase merupakan bagian ter-besar
dari siklus sel. Interfase terdiri dari tiga sub fase, yaitu fase G1
(pertumbuhan primer), fase S (sintesis) , dan fase G2 (pertumbuhan
sekunder ).<br />
Pembelahan mitosis merupakan pembelahan yang menghasil-kan sel-sel tubuh (sel somatik). Secara garis besar, pembelahan sel<br />
secara mitosis terdiri dari fase istirahat (interfase ), fase
pembelahaninti sel ( kariokinesis ), dan fase pembelahan sitoplasma
(sitokinesis). Bagaimanakah ciri-ciri setiap fase pembelahan tersebut?
Untuk menge-tahuinya, simaklah penjelasan berikut.<br />
1. Interfase (Fase Istirahat)<br />
Pada tahap ini, sel dianggap sedang istirahat dan tidak melaku-kan
pembelahan. Namun, interfase merupakan tahap yang penting untuk
mempersiapkan pembelahan atau melakukan metabolisme sel. Pada interfase,
tingkah laku kromosom tidak tampak karena berbentuk benang-benang
kromatin yang halus. Walaupun begitu, sel anak yang baru terbentuk sudah
melakukan metabolisme. Sel perlu tumbuh dan melakukan berbagai sintesis
sebelum memasuki proses pembelahan berikutnya.Apa saja kegiatan sel
pada saat interfase? Pada saat interfase, sel mengalami subfase berikut.<br />
a. Fase Pertumbuhan Primer ( Growth 1 disingkat G1 )</div>
<div style="text-align: justify;">
Sel yang baru terbentuk mengalami
pertumbuhan tahap pertama. Pada subfase ini, sel-sel belum mengadakan
replikasi DNA yang masih bersifat 2n (diploid). Sementara
organel-organel yang ada di dalam sel, seperti mitokondria, retikulum
endoplasma, kompleks golgi, dan or-ganel lainnya memperbanyak diri guna
menunjang kehidupan sel.<br />
b. Fase Sintesis (S)<br />
Pada subfase ini, sel melakukan sintesis materi genetik. Materi ge-netik
adalah bahan-bahan yang akan diwariskan kepada keturunannya, yaitu DNA.
DNA dalam inti sel mengalami replikasi (penggandaan jumlah salinan).
Jadi, subfase sintesis (penyusunan) menghasilkan 2 salinan DNA.<br />
c. Fase Pertumbuhan Sekunder ( Growth 2 disingkat G2 )<br />
Setelah DNA mengalami replikasi, subfase berikutnya adalah per-tumbuhan
sekunder (G2). Pada subfase ini, sel memperbanyak organel-organel yang
dimilikinya. Ini bertujuan agar organel-organel tersebut dapat
diwariskan kepada setiap sel turunannya. Pada subfase ini, rep-likasi
DNA telah selesai dan sel bersiap-siap mengadakan pembelahan secara
mitosis. Selain itu, inti sel (nukleus) telah terbentuk dengan jelas dan
terbungkus membran inti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada subfase ini, inti sel mempunyai satu
atau lebih nukleolus (membran inti sel). Di luar inti terdapat dua
sentrosom yang terbentuk oleh replikasi sentrosom pada tahap sebelumnya.
Sentrosom mengala-mi perpanjangan menyebar secara radial yang isebut
aster (bintang). Pada sentrosom terdapat sepasang sentriol yang
berfungsi menentukan orientasi pembelahan sel. Walaupun kromosom telah
diduplikasi pada fase S, namun pada fase G2, kromosom belum dapat
dibedakan secara individual karena masih berupa benang-benang kromatin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah ketiga tahapan interfase dilalui,
sel telah siap menjalani pembelahan secara mitosis. Seperti fase
interfase, pembelahan mitosis juga terdiri dari beberapa fase. Untuk
mengetahui lebih jauh tentang fase-fase pada pembelahan mitosis,
simaklah penjelasan berikut.<br />
2. Pembelahan Mitosis<br />
Kalian telah mengetahui bahwa pembelahan mitosis menghasil-kan sel
anakan yang identik dengan induknya. Secara garis besar, fase pembelahan
mitosis terbagi menjadi dua fase, yaitu fase pembelahan inti (
kariokinesis ) dan fase pembelahan sitoplasma (
sitokinesis).Kariokinesis adalah fase pembelahan inti sel. Secara rinci,
fase kariokinesis dibagi menjadi empat subfase, yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase. Sekarang, marilah kita bahas keempat
subfase tersebut.<br />
a Profase<br />
Pada permulaan profase, di dalam nukleus mulai terbentuk kro-mosom ,
yaitu benang-benang rapat dan padat yang terbentuk akibat menggulungnya
kromatin. Pada fase ini, kromosom dapat dilihat menggunakan mikroskop.
Selanjutnya, nukleolus menghilang dan terjadi duplikasi kromosom
(kromosom membelah dan memanjang) menghasilkan 2 kromosom anakan yang
disebut kromatid . Kedua kromatid tersebut bersifat identik sehingga
disebut kromatid kembar (sister chromatid ), yang bersatu atau
dihubungkan oleh sentromer pada lekukan kromosom. Perhatikan Gambar 4.6.
Sentromer merupakan bagian kromosom yang menyempit, tampak lebih terang
dan membagi kromosom menjadi 2 lengan.<br />
Pada akhir profase, di dalam sitoplasma mulai terbentuk gelendong
pembelahan ( spindel ) yang berasal dari mikrotubulus. Mikrotubulus
tersebut memanjang, seolah-olah mendorong dua sentrosom di sepanjang
permukaan inti sel (nukleus). Akibatnya, sentrosom sa ling menjauh.
Proses ini kemudian berlanjut ke fase berikutnya, yaitu metafase.<br />
b Metafase<br />
Tahap awal metafase (prometafase) ditandai dengan semakin memadatnya kromosom (kromosom ini terdiri dari 2 kromatid) dan<br />
terpecahnya membran inti (membran nukleus). Hal ini menyebab-kan
mikrotubulus dapat menembus inti sel dan melekat pada struktur khusus di
daerah sentromer setiap kromatid, disebut kinetokor . Oleh karena itu,
kinetokor ini berfungsi sebagai tempat bergantung bagi kromosom.
Sebagian mikrotubulus yang melekat pada kinetokor disebut mikro-tubulus
kinetokor, sedangkan mikrotubulus yang tidak memperoleh kinetokor
disebut mikrotubulus non kinetokor. Sementara itu, mikrotubulus non
kinetokor berinteraksi dengan mikrotubulus lain dari kutub sel yang
berlawanan. Pada metafase, kromosom tampak<br />
jelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahap metafase sesungguhnya,
sentrosom telah berada pada kutub sel. Dinding inti sel menghilang.
Sementara itu, kromosom me-nempatkan diri pada bidang pembelahan yang
disebut bidang metafase. Bidang ini merupakan bidang khayal yang
terletak tepat di tengah sel, seperti garis katulistiwa bumi sehingga
disebut juga bidang ekuator. Pada bidang ini, sentromer dari seluruh
kromosom terletak pada satu baris yang tegak lurus dengan gelendong
pembelahan. Kinetokor pada setiap kromatid menghadap pada kutub yang
berlainan (perhatikan Gambar 4.7). Dengan letak kromosom berada di
bidang pembelahan, maka pembagian jumlah informasi DNA yang akan
diberikan kepada sel anakan yang baru, benar-benar rata dan sama
jumlahnya. Tahapan ini merupakan akhir dari metafase.<br />
c Anafase<br />
Setelah berakhirnya tahap metafase, pembelahan sel berlanjut pada tahap anafase. Tahap anafase ditandai dengan berpisahnya<br />
kromatid saudara pada bagian sentromer kromosom. Gerak kromatid ini
disebabkan tarikan benang mikrotubulus yang berasal dari sentriol pada
kutub sel. Kalian telah mengetahui bahwa mikrotubulus melekat pada
sentromer. Hal ini menyebabkan sentromer tertarik terlebih dahulu.
Akibatnya, sentromer berada di depan dan bagian lengan kromatid berada
di belakang. Struktur ini seperti huruf V. Gerakan ini menempuh jarak
sekitar 1μm (10-6 meter) tiap menit. Pada saat bersamaan, mikrotubulus
non kinetokor semakin memanjang sehingga jarak kedua kutub sel semakin
jauh. Selanjutnya, masing-masing kromatid bergerak ke arah kutub yang
berlawanan dan berfungsi sebagai kromosom lengkap, dengan sifat
keturunan yang sama (identik). Untuk menjalankan tugasnya ini,
mikrotubulus telah mengalami peruraian pada bagian kinetokornya. Lalu
bagaimanakah bidang pembelahan sel pada hewan dan tumbuhan?<br />
Salah satu perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan adalah ada ti-daknya
sentriol. Pada sel tumbuhan, peran sentriol digantikan oleh kromosom
sehingga arah pembelahan tetap menuju ke kutub sel. Pada sel hewan,
sentriol pada kutub sel merupakan arah yang dituju oleh gerakan kromatid
saat pembelahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
d Telofase<br />
Pada tahap telofase ini, inti sel anakan terbentuk kembali dari fragmen-fragmen nukleus. Bentuk selnya memanjang akibat peran<br />
mikrotubulus non kinetokor. Benang-benang kromatin mulai longgar. Dengan
demikian, fase kariokinesis yang menghasilkan dua inti sel anak yang
identik secara genetik telah berakhir, namun dua inti sel masih berada
dalam satu sel. Perhatikan Gambar 4.9.<br />
Agar kedua inti terpisah menjadi sel baru, perlu adanya pembelahan sitoplasma yang disebut sitokinesis. Sitokinesis terjadi,<br />
segera setelah telofase selesai. Pada fase sitokinesis terjadi
pembelahan sitoplasma diikuti pembentukan sekat sel baru, sehingga
terbentuk dua sel anakan.<br />
Pada sel hewan, sitokinesis ditandai dengan pembentukan alur pembelahan
melalui pelekukan permukaan sel di sekitar bekas bidang ekuator. Di
sepanjang alur melingkar, terdapat mikrofi lamen yang terdiri dari
protein aktin dan miosin. Protein tersebut berperan dalam kontraksi otot
atau pergerakan sel yang lain. Kontraksi ini semakin ke dalam sehingga
menjepit sel dan membagi isi sel menjadi 2 bagian yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang keras. Oleh karena itu, pada sitokinensis tidak terbentuk<br />
alur pembelahan. Sitokinesis terjadi dengan pembentukan pelat sel (cell
plate ) yang terbentuk oleh vesikula di sekitar bidang ekuator.
Vesikula-vesikula yang dibentuk oleh badan golgi tersebut saling
bergabung. Penggabungan juga terjadi dengan membran plasma diikuti
terbentuknya dinding sel yang baru oleh materi dinding sel yang dibawa
oleh vesikula.</div>
<div style="text-align: justify;">
C. Pembelahan Meiosis<br />
Pernahkah kalian berpikir mengapa seekor kambing hanya mela-hirkan
kambing, manusia melahirkan manusia, atau sapi melahirkan sapi? Secara
kodrati, makhluk hidup tertentu hanya melahirkan makh-luk yang sejenis.
Ini dikarenakan adanya ekanisme tertentu pada saat awal
perkembangbiakan. Bahkan, sebelum terbentuk calon anak di dalam rahim,
mekanisme ini sudah dimulai. Mekanisme ini dimulai pada sel-sel kelamin
(sel reproduksi) calon bapak dan calon ibu. Me-kanisme tersebut adalah
pembelahan sel secara meiosis . Makhluk hidup yang sejenis mempunyai
jumlah kromosom yang sama pada setiap sel. Misalnya, manusia mempunyai
46 kromosom, ke-cuali pada sel reproduksi atau sel kelaminnya. Sel
kelamin pada manusia hanya mempunyai setengah jumlah kromosom sel tubuh
lainnya, yaitu 23 kromosom. Jumlah setengah kromosom (haploid) ini
diperlukan untuk menjaga agar jumlah kromosom anak tetap 46. Kalian
telah mengetahui bahwa anak terbentuk dari perpaduan antara sel kelamin
betina (sel telur) dan sel kelamin jantan (sperma). Perpadu an kedua sel
kelamin yang ma-sing-masing memiliki 23 kromosom ini akan menghasilkan
sel anak (calon janin) yang mempunyai 46 kromosom. Oleh sebab itu,
pembelahan meio-sis sangat berpengaruh dalam perkembang an makhluk
hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembelahan meiosis disebut juga
pembelahan reduksi , yaitu pe-ngurangan jumlah kromosom pada sel-sel
kelamin (sel gamet jantan dan sel gamet betina). Sel gamet jantan pada
hewan (mamalia) diben-tuk di dalam testis dan gamet betinanya dibentuk
di dalam ovarium. Gamet jantan pada tumbuhan dibentuk di dalam organ
reproduktif berupa benang sari, sedangkan gamet betinanya dibentuk di
dalam pu-tik. Sel kelamin betina pada hewan berupa sel telur, sedangkan
pada tumbuhan berupa putik. Pada dasarnya, tahap pembelahan meiosis
serupa dengan pembelahan mitosis. Hanya saja, pada meiosis terjadi dua
kali pembelahan, yaitu meiosis I dan meiosis II. Masing-masing
pembelahan meiosis terdiri dari tahap-tahap yang sama, yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase. Bagaimanakah ciri-ciri setiap tahap
pembelahan meiosis tersebut? Kalian akan mengetahuinya setelah
mempelajari uraian berikut.<br />
1. Tahap Meiosis I<br />
Seperti halnya pembelahan mitosis, sebelum mengalami pembe-lahan
meiosis, sel kelamin perlu mempersiapkan diri. Fase persiapan ini
disebut tahap interfase . Pada tahap ini, sel melakukan persiapan berupa
penggandaan DNA dari satu salinan menjadi dua salinan (seperti
interfase pada mitosis). Tingkah laku kromosom masih belum jelas
terlihat karena masih berbentuk benang-benang halus (kro-matin)
sebagaimana interfase pada mitosis. Selain itu, sentrosom juga
bereplikasi menjadi dua (masing-masing dengan 2 sentriol), seperti
tampak pada gambar di samping. Sentriol berperan dalam menentu-kan arah
pembelahan sel.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah terbentuk salinan DNA, barulah
sel mengalami tahap pembelahan meiosis I yang diikuti tahap meiosis II.
Tahap meiosis I ter-diri atas profase I, metafase I, anafase I, dan
telofase I, serta sitokinesis I. Bagaimanakah ciri-ciri setiap fase
pembelahan tersebut? Berikut akan dibahas fase-fase meiosis I pada sel
hewan dengan 4 kromosom diploid (2n = 2). Untuk lebih jelasnya, simaklah
penjelasan di bawah ini.<br />
a. Profase I<br />
Pada tahap meiosis I, profase I merupakan fase terpanjang atau terlama
dibandingkan fase lainnya bahkan lebih lama daripada tahap profase pada
pembelahan mitosis. Profase I dapat berlangsung dalam beberapa hari.
Biasanya, profase I membutuhkan waktu sekitar 90% dari keseluruhan waktu
yang dibutuhkan dalam pembelahan meiosis. Tahapan ini terdiri dari lima
subfase, yaitu leptoten, zigoten, pakiten, iploten, dan diakinesis.<br />
1) Leptoten<br />
Subfase leptoten ditandai adanya benang-benang kromatin yang memendek
dan menebal. Pada subfase ini mulai terbentuk sebagai kromosom homolog.
Kalian perlu membedakan kromosom homolog dengan kromatid saudara. Gambar
4.13 memperlihatkan perbedaan pasangan kromosom homolog dengan kromatid
saudara.</div>
<div style="text-align: justify;">
2) Zigoten<br />
Kromosom homolog saling berdekatan atau berpasangan menurut panjangnya. Peristiwa ini disebut sinapsis. Kromosom<br />
homolog yang berpasangan ini disebut bivalen (terdiri dari 2 kro-mosom homolog). Amati kembali Gambar 4.13.<br />
3) Pakiten<br />
Kromatid antara kromosom homolog satu dengan kromosom homolog yang lain disebut sebagai kromatid bukan saudara ( non<br />
sister chromatids ). Dengan demikian, pada setiap kelompok sinap-sis
terdapat 4 kromatid (1 pasang kromatid saudara dan 1 pasang kromatid
bukan saudara). Empat kromatid yang membentuk pa-sangan sinapsis ini
disebut tetrad (Gambar 4.14).<br />
4) Diploten<br />
Setiap bivalen me ngandung empat kromatid yang tetap berkaitan atau berpasangan di suatu titik yang disebut kiasma<br />
(tunggal). Apabila titik-titik perlekatan tersebut lebih dari satu
disebut kiasmata. Proses perlekatan atau persilangan kromatid-kromatid
disebut pindah silang ( crossing over ). Pada proses pin-dah silang,
dimungkinkan terjadinya pertukaran materi genetik<br />
(DNA) dari homolog satu ke homolog lainnya. Pindah silang ini-lah yang memengaruhi variasi genetik sel anakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
5) Diakinesis<br />
Pada subfase ini terbentuk benang-benang spindel pembela-han (gelendong mikrotubulus). Sementara itu, membran inti sel<br />
atau karioteka dan nukleolus mulai lenyap.Profase I diakhiri dengan
terbentuknya tetrad yang mem-bentuk dua pasang kromosom homolog.
Perhatikan lagi Setelah profase I berakhir, kromosom mulai bergerak ke
bi-dang metafase.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Metafase I<br />
Pada metafase I, kromatid hasil duplikasi kromosom homolog berjajar
berhadap-hadapan di sepanjang daerah ekuatorial inti (bidang metafase
I). Membran inti mulai menghilang. Mikrotubulus kinetokor dari salah
satu kutub melekat pada satu kromosom di setiap pasangan. Sementara
mikrotubulus dari kutub berlawanan melekat pada pasang-an homolognya.
Dalam hal ini, kromosom masih bersifat diploid.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Anafase I<br />
Setelah tahap metafase I selesai, gelendong mikrotubulus mulai menarik
kromosom homolog sehingga pasangan kromosom homolog terpisah dan
masing-masing menuju ke kutub yang berlawanan Gambar 4.16). Peristiwa
ini mengawali tahap anafase I. Namun, kromatid saudara masih terikat
pada sentromernya dan bergerak sebagai satu unit tunggal. Inilah
perbedaan antara anafase pada mitosis dan meiosis. Pada mitosis,
mikrotubulus memisahkan kromatid yang bergerak ke arah berlawanan. Coba
pelajari lagi tahap anafase pada mitosis.<br />
d. Telofase I<br />
Pada telofase, setiap kromosom homolog telah mencapai kutub-kutub yang
berlawanan. Ini berarti setiap kutub mempunyai satu set kromosom
haploid. Akan tetapi, setiap kromosom tetap mempunyai dua kromatid
kembar. Pada fase ini, membran inti muncul kembali. Peristiwa ini
kemudian diikuti tahap selanjutnya, yaitu sitokinesis.<br />
e. Sitokinesis<br />
Kalian masih ingat pengertian sitokinesis pada sel hewan mau-pun
tumbuhan bukan? Ya, sitokinesis merupakan proses pembelahan sitoplasma.
Tahap sitokinesis terjadi secara simultan dengan telofase. Artinya,
terjadi secara bersama-sama. Tahap ini merupakan tahap di antara dua
pembelahan meiosis. Alur pembelahan atau pelat sel mulai terbentuk
(Gambar 4.17). Pada tahap ini tidak terjadi perbanyakan (replikasi) DNA.
Hasil pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel haploid yang<br />
mengandung setengah jumlah kromosom homolog. Meskipun demiki-an,
kromosom tersebut masih berupa kromatid saudara (kandungan DNA-nya masih
rangkap). Untuk menghasilkan sel anakan yang mem-punyai kromosom
haploid diperlukan proses pembelahan selanjutnya, yaitu meiosis II.
Jarak waktu antara meiosis I dengan meiosis II disebut<br />
dengan interkinesis .</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, tujuan meiosis II adalah membagi
kedua salinan DNA pada sel anakan yang baru hasil dari meiosis I.
Meiosis II terjadi pada ta-hap-tahap yang serupa seperti meiosis I. Nah,
untuk mengetahui lebih lanjut tentang tahap meiosis II, perhatikan
uraian selanjutnya.<br />
2. Tahap Meiosis II<br />
Tahap meiosis II juga terdiri dari profase, metafase, anafase, dan
telo-fase. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap meiosis I.
Masing-masing sel anakan hasil pembelahan meiosis I akan membelah lagi
menjadi dua. Sehingga, ketika pembelahan meiosis telah sempurna,
dihasilkan empat sel anakan. Hal yang perlu diingat adalah bahwa jumlah
kromo-som keempat sel anakan ini tidak lagi diploid (2n) tetapi sudah
haploid<br />
(n). Proses pengurangan jumlah kromosom ini terjadi pada tahap meio-sis
II. Bagaimanakah proses pengurangan jumlah kromosom ini terjadi? Kalian
akan mengetahuinya setelah mempelajari uraian di bawah ini.<br />
a. Profase II<br />
Fase pertama pada tahap pembelahan meiosis II adalah profase II (Gambar
4.18a). Pada fase ini, kromatid saudara pada setiap sel anakan masih
melekat pada sentromer kromosom. Sementara itu, benang mi-krotubulus
mulai terbentuk dan kromosom mulai bergerak ke arah bidang metafase.
Tahap ini terjadi dalam waktu yang singkat karena diikuti tahap
berikutnya.<br />
b. Metafase II<br />
Pada metafase II, setiap kromosom yang berisi dua kromatid, me-rentang
atau berjajar pada bidang metafase II (Gambar 4.18b). Pada tahap ini,
benang-benang spindel (benang mikrotubulus) melekat pada kinetokor
masing-masing kromatid.<br />
c. Anafase II<br />
Fase ini mudah dikenali karena benang spindel mulai menarik kromatid
menuju ke kutub pembelahan yang berlawanan. Akibatnya, kromosom
memisahkan kedua kromatidnya untuk bergerak menuju kutub yang berbeda
(Gambar 4.18c). Kromatid yang terpisah ini se-lanjutnya berfungsi
sebagai kromosom individual.<br />
d. Telofase II<br />
Pada telofase II, kromatid yang telah menjadi kromosom menca-pai kutub
pembelahan. Hasil akhir telofase II adalah terbentuknya 4 sel haploid,
lengkap dengan satu salinan DNA pada inti selnya (nuklei).<br />
e. Sitokinesis II<br />
Selama telofase II, terjadi pula sitokinesis II, ditandai adanya sekat
sel yang memisahkan tiap inti sel. Akhirnya terbentuk 4 sel kembar yang
haploid. Berdasarkan uraian di depan, sel-sel anakan sebagai hasil
pembelahan meiosis mempunyai sifat genetis yang bervariasi satu sama
lain. Variasi genetis yang dibawa sel kelamin orang tua menyebabkan
munculnya keturunan yang bervariasi juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
D. Gametogenesis dan Pewarisan Sifat<br />
Sebelum menjadi individu baru, baik pada tumbuhan maupun hewan, tentunya
diperlukan bahan baku atau cikal bakal pembentuk in-dividu baru
tersebut. Pada proses perkembangbiakan generatif (seksu-al) hewan maupun
tumbuhan, bahan baku tersebut berupa sel kelamin yang disebut gamet.
Gamet jantan dan betina diperlukan untuk mem-bentuk zigot, embrio,
kemudian individu baru. Nah, pada materi beri-kut ini akan dibahas
tentang proses pembentukan gamet, baik jantan maupun betina yang disebut
gametogenesis ( genesis = pembentukan).Gametogenesis melibatkan
pembelahan meiosis dan terjadi pada organ reproduktif. Pada hewan dan
manusia, gametogenesis terjadi pada testis dan ovarium, sedangkan pada
tumbuhan terjadi pada pu-tik dan benang sari. Hasil gametogenesis adalah
sel-sel kelamin, yaitu gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum
atau sel telur). Seka-rang, marilah kita mempelajari proses terjadinya
gametoge nesis pada hewan dan tumbuhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Gametogenesis pada Hewan</div>
<div style="text-align: justify;">
Gametogenesis memegang peranan yang
sangat penting dalam perkembangbiakan hewan. Gametogenesis pada hewan
yang akan kita pelajari dibagi menjadi dua, yaitu spermatogenesis dan
oogenesis. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan gamet jantan
(sperma).Sementara oogenesis adalah proses pembentuk an gamet betina
(ovum<br />
atau sel telur).<br />
a. Spermatogenesis<br />
Sperma berbentuk kecil, lonjong, berfl agela, dan secara keselu-ruhan
bentuknya menyerupai kecebong (berudu). Flagela pada sperma digunakan
sebagai alat gerak di dalam medium cair. Sperma dihasilkan pada testis.
Pada mamalia, testis terdapat pada hewan jantan sebagai buah pelir atau
buah zakar. Buah pelir pada manusia berjumlah sepasang.<br />
Di dalam testis terdapat saluran-saluran kecil yang disebut tubulus
seminiferus . Pada dinding sebelah dalam saluran inilah, terjadi proses
spermatogenesis. Di bagian tersebut terdapat sel-sel induk sperma yang
bersifat diploid (2n) yang disebut spermatogonium .Pembentukan sperma
terjadi ketika spermatogonium mengalami pembelahan mitosis menjadi
spermatosit primer (sel sperma primer). Selanjutnya, sel spermatosit
primer mengalami meiosis I menjadi dua spermatosit sekunder yang sama
besar dan bersifat haploid. Setiap sel spermatosit sekunder mengalami
meiosis II, sehingga terbentuk 4 sel spermatid yang sama besar dan
bersifat haploid.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mula-mula, spermatid berbentuk bulat,
lalu sitoplasmanya se-makin banyak berkurang dan tumbuh menjadi sel
spermatozoa yang berfl agela dan dapat bergerak aktif. Berarti, satu
spermatosit primer menghasilkan dua spermatosit sekunder dan akhirnya
terbentuk 4 sel spermatozoa (jamak = spermatozoon ) yang masing-masing
bersifat haploid dan fungsional (dapat hidup).</div>
<div style="text-align: justify;">
<img alt="" class="alignnone" height="1097" src="http://zaifbio.files.wordpress.com/2012/03/spermatogenesis.jpg?w=865&h=1097" width="865" /></div>
<div style="text-align: justify;">
b. Oogenesis<br />
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin betina atau gamet
betina yang disebut sel telur atau ovum. Oogenesis terjadi di dalam
ovarium. Di dalam ovarium, sel induk telur yang disebut oogonium tumbuh
besar sebagai oosit primer sebelum membelah secara meiosis. Berbeda
dengan meiosis I pada spermatogenesis yang menghasilkan 2 spermatosit
sekunder yang sama besar. Meiosis I pada oosit primer menghasilkan 2 sel
dengan komponen sitoplasmik yang berbeda, yaitu 1 sel besar dan 1 sel
kecil. Sel yang besar disebut oosit sekunder , sedangkan sel yang kecil
disebut badan kutub primer ( polar body ).<br />
Oosit sekunder dan badan kutub primer mengalami pembelahan meiosis tahap
II. Oosit sekunder menghasilkan dua sel yang berbeda. Satu sel yang
besar disebut ootid yang akan berkembang menjadi ovum. Sedangkan sel
yang kecil disebut badan kutub.Sementara itu, badan kutub hasil meiosis I
juga membelah menjadi dua badan kutub sekunder. Jadi, hasil akhir
oogenesis adalah satu ovum (sel telur) yang fungsional dan tiga badan
kutub yang me ngalami degenerasi (mati).</div>
<img alt="" class="alignnone" height="467" src="http://intanriani.files.wordpress.com/2009/03/oogenesis21.jpg?w=354&h=466&h=467" width="354" /><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain pada hewan, gametogenesis juga terjadi pada tumbuhan. Berikut ini akan diuraikan tentang gametogenesis pada tumbuhan<br />
tingkat tinggi.<br />
2. Gametogenesis pada Tumbuhan Tingkat Tinggi<br />
Sebelum menjadi gamet, hasil akhir meiosis pada gametogenesis mengalami
perkembangan terlebih dahulu melalui proses yang dise-but maturasi.
Berikut ini kalian akan membahas proses gametogenesis pada tumbuhan
berbunga (Angiospermae) saja. Pada tumbuhan berbunga, gametogenesis
diperlukan dalam pem-bentukan gamet jantan dan pembentukan gamet betina.
Pembentukan gamet jantan disebut mikrosporogenesis, sedangkan
pembentukan gamet betina disebut megasporogenesis. Mari kita pelajari
pengertian kedua macam gametogenesis tersebut.<br />
a. Mikrosporogenesis<br />
Mikrosporogenesis berlangsung di dalam benang sari, yaitu pada bagian
kepala sari atau anthera . Kepala sari ini meng-hasilkan serbuk sari,
yang mengandung sel sperma. Pembentukan sel sperma dimulai dari sebuah
sel in-duk mikrospora diploid yang disebut mikros porosit di dalam
anthera. Mikrosporosit ini mengalami meiosis I menghasilkan sepasang sel
haploid. Selanjutnya, sel ini mengalami meiosis II dan menghasilkan 4
mikrospora yang haploid. Keempat mikrospora ini berkelompok<br />
menjadi satu sehingga disebut sebagai tetrad .<br />
Setiap mikrospora mengalami pembelahan mi-tosis. Pembelahan ini
menghasilkan dua sel, yaitu sel generatif dan sel vegetatif. Sel vege
tatif ini mempu-nyai ukuran yang lebih besar daripada sel generatif.
Struktur bersel dua ini terbungkus dalam dinding sel yang tebal. Kedua
sel dan dinding sel ini ber-sama-sama membentuk sebuah butiran serbuk
sari yang belum dewasa.<br />
Setelah terbentuk serbuk sari, inti generatif membelah secara mitosis
tanpa disertai sitokinesis, sehingga terbentuklah dua inti sel sperma.
Sementara itu, inti vegetatifnya tidak membelah. Pembentukan sel sperma
ini dapat terjadi sebelum serbuk sari keluardari anthera atau pada saat
serbuk sari sampai di kepala putik (stigma). Pada saat inilah, tangkai
serbuk sari mulai tumbuh. Pada umumnya, pembe-lahan mitosis sel
generatif terjadi setelah buluh serbuk sari menembus stigma atau
mencapai kantung embrio di dalam bakal biji (ovulum).<br />
b. Megasporogenesis<br />
Megasporogenesis merupakan proses pembentukan gamet betina (Gambar 4.24). Proses ini terjadi di dalam bagian betina bunga,<br />
yaitu bakal biji (ovulum) yang dibungkus oleh bakal buah ( ovarium) pada
pangkal putik. Di dalam bakal biji terdapat sporangium yang mengandung
megasporofi t yang bersifat diploid. Selanjutnya, megasporofi t
mengalami meiosis menghasilkan 4 megaspora haploid yang letaknya
berderet. Tiga buah megaspora mengalami degenerasi dan mati, tinggal
sebuah megaspora yang masih hidup.Megaspora yang hidup ini mengalami
pembelahan kromosom secara mitosis 3 kali berturut-turut, tanpa diikuti
pembelahan sitoplasma. Hasilnya berupa sebuah sel besar yang disebut
kandung lembaga muda yang mengan dung delapan inti haploid. Kandung
lembaga ini dikelilingi kulit ( integumen). Di ujungnya terdapat sebuah
lubang (mikropil) sebagai tempat masuknya saluran serbuk sari ke dalam
kandung lembaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, tiga dari delapan inti tadi
menempatkan diri di dekat mikropil. Dua di antara tiga inti yang
merupakan sel sinergid meng-alami degenerasi. Sementara itu, inti yang
ketiga berkembang menjadi sel telur. Tiga buah inti lainnya bergerak ke
arah kutub kalaza , tetapi kemudian mengalami degenerasi pula. Ketiga
inti ini dinamakan inti antipoda . Sisanya, dua inti yang disebut inti
kutub, bersatu di tengah kandung lembaga dan terjadilah sebuah inti
diploid (2n). Inti ini disebut inti kandung lembaga sekunder . Ini
berarti kandung lembaga telah masak, yang disebut megagametofi t dan
siap untuk dibuahi.<br />
3. Pewarisan Sifat dan Variasi Genetis<br />
Secara garis besar, ada tiga mekanisme yang menyebabkan ter-jadinya variasi genetik pada suatu populasi. Ketiga mekanisme ini<br />
dapat dijelaskan sebagai berikut.<br />
a. Pindah silang<br />
Telah dijelaskan di depan bahwa sel kelamin membelah secara meiosis.
Pada profase I, kromosom homolog muncul pertama kali se bagai pasangan.
Kromosom-kromosom homolog ini saling bersilangan pada kiasmata. Pada
kiasmata inilah terjadi pindah silang ( crossing over ) materi genetik
dari kromosom satu ke kromosom lainnya. Pindah silang ini terjadi ketika
dua kromatid dari kromosom yang berbeda bertukar tempat. Kromatid yang
sudah tidak identik lagi dengan kromatid saudaranya karena terjadi
pindah silang disebut dyad . Terjadinya pindah silang ini dapat kalian
lihat pada Gambar 4.24. Pada manusia, dua atau tiga kasus kejadian
pindah silang dapat terjadi untuk setiap pasangan kromosom.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Pemilahan kromosom secara bebas<br />
Kalian telah mengetahui bahwa pembelahan sel selalu diikuti pembagian kromosom pada sel anakan yang dihasilkan. Begitu pula<br />
dengan pembelahan meiosis. Pada metafase I, pasangan kromosom homolog
terletak pada bidang metafase. Orientasi pasangan homolog yang menghadap
kutub-kutub sel bersifat acak. Setiap pasangan mempunyai dua
kemungkinan dalam penyusunan ini. Kita ambil contoh organis-me yang
mempunyai empat kromosom diploid (2n = 4). Organisme ini mempunyai 2
kromosom dalam sel gametnya. Dua kromosom ini dapat menghasilkan empat
kemungkinan sel anakan dengan kombinasi kromosom berbeda satu sama lain
Bagaimanakah dengan manusia? Manusia mempunyai 46 kromosom diploid. Ini
berarti pada sperma atau sel telur terdapat 23 kromosom haploid. Dari 23
kromosom ini mempunyai sekitar 8 juta kemungkinan penyusunan homolog
pada metafase. Kandungan kromosom pada sel sperma atau sel telur ini
akan diwariskan pada anak keturunannya. Jadi, setiap manusia sebenarnya
merupakan 1 dari 8 juta kemungkinan pemilahan kromosom yang diwariskan
oleh bapak atau ibu kandungnya.<br />
c. Fertilisasi random<br />
Di dalam sebuah keluarga, seorang anak mempunyai sifat yang berbeda
dengan saudara-saudaranya. Seorang anak tidak ada yang memiliki sifat
yang sama persis dengan ibu atau bapaknya. Akan tetapi, sifatnya
kemungkinan besar merupakan perpaduan sifat kedua orang tuanya. Ini
jelas sangat masuk akal, sebab seorang anak dihasilkan dari pembuahan 1
sel telur ibu oleh 1 sel sperma bapak. Sel telur yang dibuahi sperma
akan menjadi zigot sebagai cikal bakal manusia. Jadi, genetik seorang
anak sangat dipengaruhi kromosom yang terkandung dalam sel telur atau
sperma tersebut. Kalian mengetahui bahwa setiap sel kelamin (sperma dan
sel telur) yang menentukan kromosom anak merupakan 1 dari 8 juta
kemungkinan. Hal ini berarti, seorang manusia merupakan salah satu dari
64 trilyun (8 juta × 8 juta) kombinasi kromosom diploid. Dengan kata
lain, kita telah memenangkan pertandingan melawan 64 trilyun calon anak
yang mungkin dilahirkan. Inilah tanda kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.</div>
<br />Belajar Biologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/03850849714678851099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8710157699887286143.post-45486308240429611422012-08-31T05:04:00.007-07:002012-08-31T05:04:44.771-07:00SISTEM SARAF MANUSIA<h2>
SISTEM SARAF MANUSIA</h2>
Rasa nikmat dan lezat dari setiap makanan yang
dirasakan dipengaruhi oleh adanya rangsangan pada lidah. Ungkapan rasa
sakit seperti mengucapkan kata “aduh” juga terkait rangsangan pada
bagian tertentu tubuh kita. Oleh karena itu, <strong>rangsangan (stimulus) </strong>diartikan
sebagai segala sesuatu yang menyebabkan perubahan pada tubuh atau
bagian tubuh tertentu. Sedangkan alat tubuh yang menerima rangsa ng an
tersebut dinamakan <strong>indra (reseptor)</strong>. Adanya reseptor,
memungkinkan rangsangan dihantarkan menuju sistem saraf pusat. Di dalam
saraf pusat, rangsangan akan diolah untuk dikirim kembali menuju
efektor, seperti otot dan tulang oleh suatu sel saraf sehingga terjadi
tanggapan (respons).<br />
Sementara itu, rangsangan yang menuju tubuh dapat berasal dari bau,
rasa (seperti pahit, manis, asam, dan asin), sentuhan, cahaya, suhu,
tekanan, dan gaya berat. Rangsang an semacam ini akan diterima oleh
indra penerima yang disebut <strong>reseptor luar (eksteroseptor)</strong>.<br />
Sedangkan rangsangan yang berasal dari dalam tubuh misalnya rasa
lapar, kenyang, nyeri, maupun kelelahan akan diterima oleh indra yang
dinamakan <strong>reseptor dalam (interoseptor)</strong>. Tentu semua rangsangan ini dapat kita rasakan karena pada tubuh kita terdapat sel-sel reseptor.<br />
<strong>1. Sel Saraf (Neuron)</strong><br />
<strong> </strong>Sistem saraf tersusun atas miliaran sel yang sangat khusus yang disebut <strong>sel saraf (neuron)</strong>. Setiap neuron tersusun atas badan sel, dendrit, dan akson (neurit).<br />
<strong>Badan sel </strong>merupakan bagian sel saraf yang mengandung
nukleus (inti sel) dan tersusun pula sitoplasma yang bergranuler dengan
warna kelabu. Di dalamnya juga terdapat membran sel, nukleolus (anak
inti sel), dan retikulum endoplasma. Retikulum endoplasma tersebut
memiliki struktur berkelompok yang disebut <strong>badan Nissl</strong>.<br />
Pada badan sel terdapat bagian yang berupa serabut de ngan penjuluran pendek. Bagian ini disebut <strong>dendrit</strong>.
Dendrit memiliki struktur yang bercabang-cabang (seperti pohon) dengan
berbagai bentuk dan ukuran. Fungsi dendrit adalah menerima impuls
(rangsang) yang datang dari reseptor. Kemudian impuls tersebut dibawa
menuju ke badan sel saraf. Selain itu, pada badan sel juga terdapat
penjuluran panjang dan kebanyakan tidak bercabang. Namanya adalah <strong>akson </strong>atau <strong>neurit</strong>.
Akson berperan dalam menghantarkan impuls dari badan sel menuju
efektor, seperti otot dan kelenjar. Walaupun diameter akson hanya
beberapa mikrometer, namun panjangnya bisa mencapai 1 hingga 2 meter.<br />
Supaya informasi atau impuls yang dibawa tidak bocor
(sebagaiisolator), akson dilindungi oleh selubung lemak yang kemilau.
Kita bisa menyebutnya <strong>selubung mielin</strong>. Selubung mielin dikelilingi oleh <strong>sel-sel Schwan</strong>. Selubung mielin tersebut dihasilkan oleh selsel pendukung yang disebut <strong>oligodendrosit</strong>. Sementara itu, pada akson terdapat bagian yang tidak terlindungi oleh selubung mielin. Bagian ini disebut <strong>nodus Ranvier</strong>, yang berfungsi memperbanyak impuls saraf atau mempercepat jalannya impuls.<br />
Berdasarkan struktur dan fungsinya, neuron dikelompokkan dalam tiga
bagian, yaitu neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="6" width="58"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<strong>Neuron sensorik </strong>merupakan neuron yang memiliki badan sel bergerombol membentuk <strong>simpul saraf </strong>atau <strong>ganglion </strong>(jamak
= ganglia). Dendritnya berhubungan dengan neurit neuron lain, sedangkan
neuritnya berkaitan dengan dendrit neuron lain. Fungsi neuron sensorik
yakni meneruskan impuls (rangsangan) dari reseptor menuju sistem saraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Oleh karena itu, neuron
sensorik disebut pula <strong>neuron indra</strong>.<br />
Sementara itu, <strong>neuron motorik </strong>merupakan neuron yang
berperan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar
yang akan melakukan respon tubuh. Karena perannya ini, neuron motorik
disebut pula <strong>neuron penggerak</strong>. Dendrit neuron motorik berhubungan dengan neurit neuron lain, adapun neuritnya berkaitan dengan efektor (otot dan kelenjar).<br />
Antara neuron sensorik dan neuron motorik dihubungkan oleh <strong>interneuron </strong>atau <strong>neuron adjustor</strong>
dengan letak yang berada pada otak dan sumsum tulang belakang.
Interneuron merupakan neuron yang membawa impuls dari sensorik atau
interneuron lain. Karena itu, interneuron disebut pula <strong>neuron konektor</strong>.<br />
<strong>2. Impuls</strong><br />
<strong> </strong>Sel-sel saraf bekerja secara kimiawi. Sel saraf
yang sedang tidak aktif mempunyai potensial listrik yang disebut
potensial istirahat. Jika ada rangsang, misalnya sentuhan, potensial
istirahat berubah menjadi potensial aksi. Potensial aksi merambat dalam
bentuk arus listrik yang disebut <em>impuls</em> yang merambat dari sel
saraf ke sel saraf berikutnya sampai ke pusat saraf atau sebaliknya.
Jadi, impuls adalah arus listrik yang timbul akibat adanya rangsang.<br />
<strong>3. Sinapsis</strong><br />
<strong> </strong>Dalam pelaksanaannya, sel-sel saraf bekerja
bersama-sama. Pada saat datang rangsang, impuls mengalir dari satu sel
saraf ke sel saraf penghubung, sampai ke pusat saraf atau sebaliknya
dari pusat saraf ke sel saraf terus ke efektor. Hubungan antara dua sel
saraf disebut sinapsis.<br />
Ujung neurit bercabang-cabang, dan ujung cabang yang berhubungan
dengan sel saraf lain membesar disebut bongkol sinaps (knob). Pada
hubungan dua sel saraf yang disebut sinaps tersebut, dilaksanakan dengan
melekatnya neurit dengan dendrit atau dinding sel. Jika impuls sampai
ke bongkol sinaps pada bongkol sinaps akan disintesis zat penghubung
atau neurotransmiter, misalnya zat <em>asetilkolin.</em><br />
Dengan zat transmiter inilah akan terjadi potensial aksi pada
dendrite yang berubah menjadi impuls pada sel saraf yang dihubunginya.
Setelah itu, asetilkolin akan segera tidak aktif karena diuraikan oleh
enzim <em>kolin esterase</em> menjadi asetat dan kolin.<br />
<strong>4. Mekanisme Penghntaran Impuls Saraf</strong><br />
<strong> </strong>Seperti halnya jaringan komputer, sistem saraf
mengirimkan sinyalsinyal listrik yang sangat kecil dan bolak-balik,
dengan membawa informasi dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang
lain. Sinyal listrik tersebut dinamakan <strong>impuls </strong>(<strong>rangsangan</strong>).
Ada dua cara yang dilakukan neuron sensorik untuk menghantarkan impuls
tersebut, yakni melalui membran sel atau membran plasma dan sinapsis.<br />
4.1 Penghantaran Impuls Saraf melalui Membran Plasma<br />
Di dalam neuron, sebenarnya terdapat membran plasma yang sifatnya
semipermeabel. Membran plasma neuron tersebut berfungsimelindungi cairan
sitoplasma yang berada di dalamnya. Hanya ion-ion tertentu akan dapat
bertranspor aktif melewati membran plasma<br />
menuju membran plasma neuron lain.<br />
Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan
istirahat, sitoplasma di dalam membran plasma bermuatan listrik negatif,
sedangkan cairan di luar membran bermuatan positif. Keadaan yang
demikian dinamakan <strong>polarisasi </strong>atau <strong>potensial istirahat</strong>.
Perbedaan muatan ini terjadi karena adanya mekanisme transpor aktif
yakni pompa natrium-kalium. Konsentrasi ion natrium (Na+) di luar
membrane plasma dari suatu akson neuron lebih tinggi dibandingkan
konsentrasi di dalamnya. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium (K+) di
dalamnya lebih besar daripada di luar. Akibatnya, mekanisme transpor
aktif terjadi pada membran plasma.<br />
Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas
membran plasma terhadap ion Na+ berubah meningkat. Peningkatan
permeabilitas membran ini menjadikan ion Na+ berdifusi ke dalam membran,
sehingga muatan sitoplasma berubah menjadi positif. Fase seperti ini
dinamakan <strong>depolarisasi </strong>atau <strong>potensial aksi</strong>.<br />
Sementara itu, ion K+ akan segera berdifusi keluar melewati membrane Fase ini dinamakan <strong>repolarisasi</strong>. Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik.<br />
Nah, kondisi depolarisasi ini akan berlangsung secara terus-menerus, sehingga menyebabkan arus listrik. Dengan demikian, <strong>impuls saraf </strong>akan
terhantar sepanjang akson. Setelah impuls terhantar, bagian yang
mengalami depolarisasi akan meng alami fase istirahat kembali dan tidak
ada impuls yang lewat. Waktu pemulihan ini dinamakan <strong>fase refraktori</strong> atau <em>undershoot</em>.<br />
<strong>5. Susunan Sistem Saraf </strong><br />
<strong> 5.1 Susunan Saraf Tidak Sadar</strong><br />
<strong> </strong>1. Sistem Saraf Pusat<br />
Tanpa sistem saraf pusat, kemungkinan kita menjadi makhluk yang tak
berdaya dan tidak bisa melakukan apapun. Sebab, di dalam sistem saraf
pusat tubuh kita terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Dua
bagian tubuh inilah yang menjadi sentral pusat koordinasi tubuh kita.<br />
Pada manusia, otak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh suatu
tulang. Tulang yang melindungi otak adalah tulang tengkorak, sedangkan
sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Kedua
organ penting ini juga dilindungi oleh suatu lapisan pembungkus yang
tersusun dari jaringan pengikat. Lapisan ini disebut <strong>meninges</strong>. Meninges terbagi menjadi tiga lapisan, meliputi lapisan dalam disebut <strong>piameter</strong>; lapisan tengah disebut <strong>arachnoid</strong>; dan lapisan dalam disebut <strong>durameter</strong>.<br />
Di antara piameter dan arachnoid terdapat ruangan yang berisi cairan, disebut <strong>ruang sub-arachnoid</strong>. Cairannya dinamakan <strong>cairan serebrospinal</strong>.
Fungsi cairan ini adalah sebagai bantalan yang meredam guncangan saat
terjadi benturan pada otak dan sumsum tulang belakang. Di dalam otak
dapat terjadi benturan misalnya antara otak dengan tulang kepala.
Sedangkan pada sumsum tulang belakang, benturan yang terjadi antara
sumsum tulang belakang dengan tulang belakang.<br />
<ol>
<li>Otak</li>
</ol>
Otak merupakan benda lengket yang lunak, bermi nyak, dan kenyal.
Jutaan saraf menghubungkannya dengan seluruh tubuh, syaraf tersebut
membawa pesan baik menuju otak atau dari otak. Beratnya sekitar 1,6 kg
pada laki-laki dan 1,45 kg pada perempuan. Perbedaan ini terjadi
semata-mata karena bentuk otak laki-laki yang lebih besar dan berat.
Sementara, berat ini tidak terkait dengan kecerdasan seseorang. Namun,
banyaknya jumlah hubungan sel dalam otaklah yang menunjukkan kecerdasan.<br />
Otak manusia terdiri atas dua belahan (hemisfer) yang besar, yakni
belahan kiri dan belahan kanan. Oleh karena terjadi pindah silang pada
tali spinal, belahan otak kiri mengendalikan sistem bagian kanan tubuh,
sebaliknya belahan kanan mengendalikan sistem bagian kiri tubuh. Tali
spinal (sumsum tulang belakang) merupakan tali putih kemilau yang
berasal dari dasar otak hingga tulang belakang.<br />
Saat masih embrio, otak manusia terdapat tiga bagian yaitu otak
depan, otak tengah, dan otak belakang. Setelah dewasa, otak depannya
terbagi menjadi telensefalon dan diensefalon. Sementara, otak
belakangnya terbagi menjadi metensefalon dan mielensefalon. Bagian
dorsal metensefalon membentuk serebelum, sedangkan mielensefalon menjadi
medula oblongata.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="0" width="77"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
Antara bagian tengah sumsum tulang belakang dan otak terdapat saluran yang saling berhubungan, yang disebut <strong>ventrikel</strong>.
Ventrikel membagi otak menjadi empat ruangan. Di dalam ventrikel,
terdapat cairan serebrospinal yang dapat bertukar bahan dengan darah
dari pembuluh kapiler pada otak.<br />
<strong>(1) Otak depan (Prosensefalon)</strong><br />
Pada bagian depan otak manusia terdapat bagian yang paling menonjol disebut <strong>otak besar </strong>atau <strong>serebrum</strong> (<em>cerebrum</em>). Serebrum ini terbagi menjadi belahan (hemisfer) serebrum kanan dan kiri. Permukaan luar serebrum (<strong>korteks</strong> <strong>serebrum</strong>)
berwarna abu-abu karena mengandung banyak badan sel saraf. Selain itu,
pada bagian dalam (medula) otak depan terdapat lapisan yang berwarna
putih, karena mengandung dendrit dan akson.<br />
Korteks serebrum berkaitan dengan sinyal saraf ke dan dari berbagai bagian tubuh. Karenanya, pada korteks serebrum terdapat <strong>area sensorik </strong>yang menerima impuls dari reseptor pada indra. Di samping itu, bagian tersebut terdapat juga <strong>area motorik </strong>yang mengirimkan perintah pada efektor. Selain itu, terdapat terdapat <strong>area asosiasi </strong>yang menghubungkan area motorik dan sensorik serta berperan dalam berbagai aktivitas misalnya berpikir, menyimpan<br />
ingatan, dan membuat keputusan.<br />
Otak depan manusia terbagi atas empat lobus (bagian), meliputi <strong>lobus frontalis </strong>(bagian depan), <strong>lobus temporalis</strong> (bagian samping), <strong>lobus oksipitalis </strong>(bagian belakang), dan <strong>lobus parietalis </strong>(bagian
antara depan-belakang). Pada bagian kepala manusia, lobus frontalis
berada pada bagian dahi; lobus temporalis berada pada bagian pelipis;
lobus oksipitalis berada pada bagian belakang kepala; dan lobus
parietalis berada pada bagian ubun-ubun.<br />
Lobus-lobus ini memiliki fungsi yang beragam. Lobus frontalis
berfungsi sebagai pusat berpikir; lobus temporalis sebagai pusat
pendengaran dan berbahasa; lobus oksipitalis sebagai pusat penglihatan;
dan lobus parietalis sebagai pusat sentuhan dan gerakan.<br />
Otak depan juga mencakup bagian-bagian yang lain, seperti talamus,
hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelenjar pineal.Sebelum diterima
area sensorik serebrum, semua rangsangan akan diproses terlebih dahulu
oleh <strong>talamus</strong>. Hanya rangsangan penciuman saja yang
tidak diterima oleh talamus tersebut. Sedangkan fungsi talamus yang lain
misalnya mengatur suhu dan kandungan air dalam darah, kemudian juga
mengkoordinasi aktivitas yang terkait emosi.<br />
<strong>Hipotalamus </strong>merupakan bagian yang berfungsi mengatur suhu tubuh, selera makan, dan tingkah laku. Selain itu, hipotalamus juga mengontrol <strong>kelenjar pituitari</strong>,
yakni kelenjar hormon yang berperan dalam mengontrol kelenjar-kelenjar
homon lainya, seperti kelenjar tiroid, kelenjar adrenalin, dan pankreas.<br />
<strong>(b) Otak Tengah (Mesenfalon)</strong><br />
Otak tengah manusia berbentuk kecil dan tidak terlalu mencolok. Di
dalam otak tengah terdapat bagian-bagian seperti lobus optik yang
mengatur gerak bola mata dan kolikulus inferior yang mengatur
pendengaran. Otak tengah berfungsi menyampaikan impuls antara otak depan
dan otak belakang, kemudian antara otak depan dan mata.<br />
<strong>(c) Otak Belakang (Rombesenfalon)</strong><br />
Otak belakang manusia tersusun atas dua bagian utama yakni otak kecil (serebelum) dan medula oblongata. <strong>Serebelum </strong>adalah
bagian yang berkerut di bagian belakang otak, dan terdiri atas dua.
belahan yang berliku-liku sangat dalam. Fungsinya adalah sebagai pusat
keseimbangan dalam tubuh, koordinasi motorik/gerakan otot, dan memantau
kedudukan posisi tubuh. Adanya serebelum memungkinkan kita belajar
gerakan yang terlatih dan saksama, seperti menulis atau bermain musik
tanpa berpikir.<br />
Di antara kedua belahan serebelum terdapat suatu bagian yang berisi serabut saraf. Bagian tersebut dinamakan <strong>jembatan</strong> <strong>varol (pons varolii)</strong>.
Fungsinya ialah menghantarkan impuls dari bagian kiri dan kanan otak
kecil. Selain itu, jembatan varol juga menghubungkan korteks otak besar
dengan otak kecil, dan antara otak depan dengan sumsum tulang belakang.<br />
Sementara itu, <strong>medula oblongata (sumsum lanjutan) </strong>tampak seperti ujung bengkak pada tali spinal. Letaknya di antara<strong> </strong>bagian tertentu otak dengan sumsum tulang belakang. Medula<strong> </strong>oblongata berfungsi saat terjadi proses pengaturan denyut jantung,<strong> </strong>tekanan darah, gerakan pernapasan, sekresi ludah, menelan, gerak<strong> </strong>peristaltik, batuk, dan bersin.<strong> </strong><br />
Serebelum, jembatan varol, dan medula oblongata membentuk <strong>batang otak</strong>.
Batang otak merupakan bagian otak sebelah bawah yang berhubungan dengan
sumsum tulang belakang. Batang otak berfungsi mengontrol berbagai
proses penting bagi kehidupan, seperti bernapas, denyut jantung,
mencerna makanan, dan membuang kotoran.<br />
<em>b) Sumsum Tulang Belakang</em><br />
S<strong>umsum tulang belakang </strong>atau <strong>tali spinal </strong>merupakan
tali putih kemilau berbentuk tabung dari dasar otak menuju ke tulang
belakang. Pada irisan melintangnya, tampak ada dua bagian, yakni bagian
luar yang berpenampakan putih dan bagian dalam yang berpenampakan
abu-abu dengan berbentuk kupu-kupu. Bagian luar sumsum tulang belakang
berwarna putih, karena tersusun oleh akson dan dendrit yang berselubung
mielin. Sedangkan bagian dalamnya berwarna abu-abu, tersusun oleh badan
sel yang tak berselubung mielin dari interneuron dan neuron motorik.<br />
Apabila sumsum tulang belakang diiris secara vertikal, bagian dalam
berwarna abu-abu terdapat saluran tengah yang disebut ventrikel dan
berisi cairan serebrospinal. Ventrikel ini berhubungan juga dengan
ventrikel di dalam otak. Bagian dalamnya mempunyai dua akar saraf yaitu <strong>akar dorsal </strong>yang berisi saraf sensorik ke arah punggung, dan <strong>akar ventral </strong>yang berisi saraf motorik ke arah perut.<br />
Sumsum tulang belakang memiliki fungsi penting dalam tubuh. Fungsi
tersebut antara lain menghubungkan impuls dari saraf sensorik ke otak
dan sebaliknya, menghubungkan impuls dari otak ke saraf motorik;
memungkinkan menjadi jalur terpendek pada gerak refleks. Mekanisme
penghantaran impuls yang terjadi pada tulang belakang yakni sebagai
berikut; rangsangan dari reseptor dibawa oleh neuron sensorik menuju
sumsum tulang belakang melalui akar dorsal untuk diolah dan ditanggapi.
Selanjutnya, impuls dibawa neuron motorik melalui akar ventral ke
efektor untuk direspons.<br />
2) Sistem Saraf Tepi<br />
Sistem saraf tepi dinamakan pula <strong>sistem saraf perifer</strong>. <strong>Sistem saraf tepi </strong>merupakan
bagian dari sistem saraf tubuh yang meneruskan rangsangan (impuls)
menuju dan dari system saraf pusat. Karena itu, di dalamnya terdapat
serabut saraf sensorik (saraf aferen) dan serabut saraf motorik (saraf
eferen).<br />
<strong>Serabut saraf sensorik </strong>adalah sekumpulan neuron yang menghantarkan impuls dari reseptor menuju sistem saraf pusat. Sedangkan <strong>serabut saraf motorik </strong>berperan dalam menghantarkan impuls dari sistem saraf pusat menuju efektor (otot dan kelenjar) untuk ditanggapi.<br />
Berdasarkan asalnya, sistem saraf tepi terbagi atas saraf kranial dan
saraf spinal yang masing-masing berpasangan, serta ganglia (tunggal:
ganglion). <strong>Saraf kranial </strong>merupakan semua saraf yang keluar dari permukaan dorsal otak. <strong>Saraf</strong> <strong>spinal </strong>ialah
semua saraf yang keluar dari kedua sisi tulang belakang. Masing-masing
saraf ini mempunyai karakteristik fungsi dan jumlah saraf yang berbeda.
Sementara itu, <strong>ganglia</strong> merupakan kumpul an badan sel saraf yang membentuk simpul-simpul saraf dan di luar sistem saraf pusat.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="0" width="50"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<strong>b. Sistem Saraf Tak Sadar</strong><br />
<strong>Sistem saraf tak sadar </strong>merupakan sekumpulan saraf
yang mengatur aktivitas yang tidak kita pikirkan terlebih dahulu.
Misalnya saja, pergerakan paru-paru dan jantung. Kita tidak pernah
berkehendak supaya aktivitas gerakan paru-paru dan jantung terjadi
dengan koordinasi oleh sistem saraf pusat. Oleh karena itu, sistem saraf
sadar disebut juga <strong>sistem saraf otonom</strong>. Organ yang
beraktivitas dan dikontrol oleh sistem saraf sadar, meliputi kelenjar
keringat, otot perut, pembuluh darah, dan alat-alat reproduksi.<br />
Menurut karakteristik kerjanya, sistem saraf sadar terbagi atas dua saraf, meliputi <strong>saraf simpatik </strong>dan <strong>saraf parasimpatik</strong>.
Masing-masing saraf ini dapat bekerja pada organ yang sama, namun kerja
yang dilakukan saling berlawanan (antagonis). Sebagai contoh, saat
saraf simpatik memengaruhi sebuah organ untuk mening katkan aktivitas
organ tertentu, justru saraf parasimpatik malah menurunkannya. Perbedaan
ini terjadi karena neurotransmiter yang dihasilkan kedua saraf tersebut
berbeda. Noradrenalian merupakan neurotransmiter saraf simpatik,
sedangkan asetilkolin ialah neurotransmiter saraf parasimpatik.<br />
Pada saraf simpatik dan saraf parasimpatik terdapat penghubung antara sistem saraf pusat dan efektor, yang dinamakan <strong>ganglion</strong>.
Ganglion saraf simpatik berada dekat sumsum tulang belakang. Serabut
praganglion saraf simpatik berukuran pendek, sementara serabut
pascaganglionnya berukuran panjang. Sebaliknya, saraf parasimpatik
memiliki serabut praganglion yang berukuran panjang dan serabut
pascaganglion yang pendek.Belajar Biologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/03850849714678851099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8710157699887286143.post-48238702049050172882012-08-30T05:53:00.007-07:002012-08-30T05:53:40.728-07:00SISTEM GERAK MANUSIA<h2>
SISTEM GERAK MANUSIA</h2>
<strong>Gerak </strong><br />
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak
dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau
seluruh bagian dari tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup akan bergerak
bila aka impuls atau rangsangan yang mengenai sebagian atau seluruh
bagian tubuhnya. Pada hewan dan manusia dapat mewakili pengertian gerak
secara umum dan dapat dilihat dengan kasat mata/secara nyata. Gerak
pada manusia dan hewan menggunakan alat gerak yang tersusun dalam sistem
gerak.<br />
Sedangkan untuk tumbuhan, gerak yang dilakukan tidak akan terlihat
oleh kasat mata karena terjadi di dalam suatu organ atau sel tumbuhan.
Dengan demikian tidak dapat disamakan arti gerak pada seluruh makhluk
hidup. Gerak pada tumbuhan juga melibatkan alat gerak, tetapi alat gerak
yang digunakan tergantung dari impuls atau rangsangan yang mengenai
sel/jaringan/organ tumbuhan tersebut. Pembahasan gerak pada tumbuhan
akan lebih rinci pada bab selanjutnya di semester yang akan datang.<br />
<strong>Alat gerak </strong><br />
Alat-alat gerak yang digunakan pada manusia dan hewan ada 2 macam
yaitu alat gerak pasif berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot.
Kedua alat gerak ini akan bekerja sama dalam melakukan pergerakan
sehingga membentuk suatu sistem yang disebut sistem gerak.<br />
Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat melakukan
pergerakkannya sendiri. Tanpa adanya alat gerak aktif yang menempel pada
tulang, maka tulang-tulang pada manusia dan hewan akan diam dan tidak
dapat membentuk alat pergerakan yang sesungguhnya. Walaupun merupakan
alat gerak pasif tetapi tulang mempunyai peranan yang besar dalam sistem
gerak manusia dan hewan.<br />
Otot disebut alat gerak aktif karena otot memiliki senyawa kimia
yaitu protein aktin dan myosin yang bergabung menjadi satu membentuk
aktomiosin. Dengan aktomiosin inilah otot dapat bergerak. Sehingga pada
saat otot menempel pada tulang dan bergerak dengan otomatis tulang juga
akan bergerak.<br />
Dengan memiliki aktomiosin ini maka otot mempunyai sifat yang
lentur/fleksibel dan mempunyai kemampuan untuk memendekkan serabut
ototnya (pada saat kontraksi) dan memanjangkan serabut ototnya (pada
saat relaksasi/kembali pada posisi semula)<br />
<strong>Rangka/Skeleton</strong><br />
Tulang-tulang yang bergabung menjadi satu kasatuan disebut rangka
atau skeleton. Berdasarkan letaknya skeleton dibedakan menjdi 2 jenis :<br />
<ol>
<li><strong>Eksoskeleton </strong></li>
</ol>
Yaitu rangka yang terdapat di luar tubuh makhluk hidup. Skeleton
jenis ini terdapat hampir di semua jenis Invertebarta tingkat rendah
kecuali Protozoa, Invertebrata tingkat tinggi kecuali Phyllum Mollusca,
Class Chepalopoda, species <em>Loligo sp</em>/cumi-cumi.<br />
<ol>
<li><strong>Endoskeleton </strong></li>
</ol>
Yaitu rangka yang terdapat di dalam tubuh makhluk hidup. Skeleton
jenis ini terdapat pada seluruh Vertebrata, Class Pisces, Amphia,
Reptilia, Aves dan Mammalia <strong>(PARAM)</strong> kecuali Reptilia
jenis Kura-kura dan Penyu. Selain itu terdapat juga di pada hewan
Invertebrata Phyllum Mollusca, Class Cephalopoda, species <em>Loligo sp</em>/cumi-cumi.<br />
<strong>Fungsi rangka :</strong><br />
<ol>
<li>Memberikan bentuk tubuh makhluk hidup.</li>
<li>Melindungi organ-organ tubuh yang vital.</li>
<li>Menahan dan menegakkan tubuh.</li>
<li>Tempat pembentukan sel darah.</li>
<li>Tempat perlekatan otot.</li>
<li>Tempat penimbunan/penyimpanan zat kapur.</li>
<li>Sebagai alat gerak pasif.</li>
</ol>
<strong>Alat gerak pasif/tulang</strong><br />
Tulang dapat dibedakan berdasarkan jaringan penyusunnya dan sifat-sifat fisik yaitu :<br />
<strong>1) </strong><strong>Tulang rawan/tulang muda/cartilago</strong><br />
<ul>
<li>Cartilago berfungsi untuk melindungi bagian ujung epifise tulang.
Terutama dalam proses osifikasi/penulangan. Cartilago banyak banyak
dijumpai pada masa bayi terutama pada saat proses perkembangan embrio
menjadi fetus. Pembentukan rangka fetus di dominasi oleh cartilago.
Seiring dengan perkembangan fetus menjadi bayi dan memasuki usia
pertumbuhan serta dewasa, maka cartilage ini akan mengalami peristiwa
osifikasi. Tetapi tidak semua cartilago dalam tubuh, masih ada beberapa
yang tetap menjadi cartilago. Seperti dijumpai pada trachea/tenggorokan,
daun telinga, hidung bagian ujung, ruas-ruas persendian tulang.</li>
</ul>
Cartilago tersusun atas matriks condrin yaitu berupa cairan kental
yang banyak mengandung zat perekat kolagen yang tersusun atas protein
dan sedikit zat kapur/Carbonat. Dengan adanya condrin ini dapat
memberikan sifat lentur pada cartilago. Pada anak-anak cartilage lebih
banyak mengandung sel pembentuk tulang rawan dari pada matriks,
sedangkan pada orang dewasa berkebalikan.<br />
Cartilago dibentuk oleh zat pembentuk tulang rawan yang disebut
dengan Condrosit. Tulang rawan berawal dari selaput tulang rawan yang
disebut pericondrium. Pericondrium berfungsi untuk memberikan kebutuhan
nutrisi bagi cartilage karena banyak mengandung pembuluh darah. Dalam
pericondrium banyak mengandung condroblast yaitu sel pembentuk
condrosit.<br />
<ul>
<li><strong>Cartilago berdasarkan kandungan matriksnya dibedakan menjadi :</strong></li>
</ul>
<ol>
<li><strong>a. </strong><strong>Cartilago Hialin</strong></li>
</ol>
Cartilago ini memiliki kandungan matriks homogen yang kaya akan
serabut kolagen, transparan dan halus. Cartilago Hialin bersifat
lentur/elastic dan kuat. Pada tubuh dapat dijumpai pada organ permukaan
persendian, tulang iga dan pada saluran respirasi terutama dinding
trachea yang berbentuk cincin.<br />
<ol>
<li><strong>b. </strong><strong>Cartilago Fibrosa/serabut</strong></li>
</ol>
Cartilago ini memiliki kandungan matriks berupa berkas-berkas serabut
kolagen. Cartilago Fibrosa bersifat kurang lentur. Dapat dijumpai pada
ruas-ruas tulang belakang, pada tulang tempurung lutut (tendon dan
ligamentum) dan tulang gelang panggul.<br />
<ol>
<li><strong>c. </strong><strong>Cartilago Elastin/elastic</strong></li>
</ol>
Cartilago ini memiliki kandungan matriks berupa serabut elastic
berwarna kuning yang bercabang-cabang. Bersifat lentur/elastic dan
tidakakan berubah menjadi tulang sejati bila manusia beranjak dewasa.
Dapat dijumpai pada ujung hidung/cuping, saluran eustachius (pada
telinga bagian tengah) dan daun telinga.<br />
<strong>2) </strong><strong>Tulang keras/tulang sejati/osteon</strong><br />
<ul>
<li><strong>Osteon berfungsi :</strong></li>
</ul>
<ol>
<li>Sebagai penyusun sistem rangka tubuh.</li>
<li>Sebagai pelindung organ-organ yang vital.</li>
</ol>
<ul>
<li><strong>Terbentuk melalui proses :</strong></li>
</ul>
<ol>
<li>Osifikasi</li>
</ol>
Yaitu proses perubahan tulang rawan/tulang muda menjadi tulang sejati atau tulang keras.<br />
Pada peristiwa ini tulang rawan akan terisi dengan matriks Calcium,
protein, sedikit zat perekat kolagen sehingga akan membuat tulang sejati
bersifat kaku/tidak lentur dan membuat tulang mudah retak atau patah.
Secara perlahan matriks tulang rawan akan terisi oleh Calcium dan
fosfor (phosphate), hal inilah yang membuat osteon menjadi keras.<br />
<ol>
<li>Kalsifikasi</li>
</ol>
Yaitu proses pengisian Calcium Carbonat pada peristiwa osifikasi.<br />
<ul>
<li>Pembentuk sel tulang sejati disebut osteocyte/osteosit. Osteosit ini
akan dibentuk oleh osteoblast yaitu sel tulang muda yang nantinya akan
membentuk osteosit/perombak sel-sel tulang. Selaput pelindung tulang
sejati disebut periosteum. Kandungan yang terdapat dalam matriks osteon
adalah Calcium Carbonat atau CaCO<sub>3</sub> dan Calcium Phosphat atau Ca<sub>3</sub>(PO<sub>4</sub>)<sub>2</sub>.</li>
</ul>
Apabila tulang dipotong secara melintang dan dilihat dengan mikroskop
akan tampak gambaran suatu sistem yang disebut sistem Havers/Haversii.
Sistem Havers/Haversii yaitu suatu kesatuan sel-sel tulang dan matriks
tulang mengelilingi suatu pembuluh darah dan saraf yang membentuk suatu
sistem.<br />
Di dalam sistem ini terdapat lamella konsentris atau
lingkaran-lingkaran yang merupakan kesatuanpembuluh darah dan sel
saraf. Selain itu dalam lamella konsentris terdapat rongga/cawan tempat
sel tulang berada yang disebut lakuna. Jika sel tulang telah mati hanya
akan nampak rongga/lekukannya saja. Antar lakuna dihubungkan dengan
saluran kecil beruapa kanal yang disebut dengan kanalikuli yang
berfungsi untuk menyalurkan kebutuhan nutrisi sel tulang dalam
pertumbuhannya. Saluran ini tersusun dari pembuluh darah dan sel saraf.<br />
<ul>
<li><strong>Pembagian tulang :</strong></li>
</ul>
<ol>
<li><strong>a. </strong><strong>Berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi : (PIPIPEN) </strong></li>
</ol>
© <strong>Tulang pipa/panjang</strong><br />
Tulang ini pada umumnya berbentuk tabung, berongga dan memanjang.
Pada kedua bagian ujungnya terjadi perluasan tulang. Fungsi dari
perluasan ini untuk berhubungan dengan tulang yang lain. Pada rongga
tulang ini berisi sumsum kuning dan lemak.<br />
Tulang pipa terbagi menjadi 3 bagian yaitu epifise yaitu bagian
dikedua ujung tulang yang berbentuk bonggol/membulat, kemudian bagian
tengah tulang yang disebut diafise. Daerah antara diafise dengan epifise
terdapat cakraepifise a9tepatnya lebih mengarah pada dekat ujung
epifise) yang tersusun dari cartilago yang aktif membelah pada usia
pertumbuhan. Pada orang dewasa cakraepifise ini sudah menulang.<br />
Tulang pipa dapat dijumpai pada Os. Humerus, Os. Radius, Os. Ulna,
Os. Tibia, Os. Fibula, ruas-ruas Os. Digiti Phalanges Manus, dll.<br />
© <strong>Tulang pipih</strong><br />
Tulang pipih berbentuk gepeng memipih, tipis. Tulang ini tersusun
dari 2 buah lempengan tulang kompak dan tulang spons. Rongga diantara
kedua lempengan tulang tersebut terisi sumsum merah.<br />
Tulang pipih dapat dijumpai pada Os. Costae, Os. Scapula, Os. Sternum, Os. Cranium, dll.<br />
© <strong>Tulang pendek</strong><br />
Tulang pendek berbentuk bulat dan pendek tidak beraturan atau silinder kecil. Rongga tulang pendek berisi sumsum merah.<br />
Tulang pendek dapat dijumpai pada ruas-ruas Os. Vertebrae, ruas-ruas Os. Tarsal, ruas-ruas Os. Carpal, dll.<br />
<ol>
<li><strong>b. </strong><strong>Berdasarkan matriksnya dibedakan menjadi :</strong></li>
</ol>
© <strong>Tulang kompak/padat</strong><br />
Yaitu merupakan tulang yang memiliki matriks padat dan rapat. Tidak
dijumpai adanya celah tanpa matriks dalam rongga tulang ini.<br />
Dapat dijumpai pada tulang pipa/tulang panjang.<br />
© Tulang spons/bunga karang<br />
Yaitu merupakan tulang yang memiliki matriks yang tidak padat/berongga. Dapat dijumpai pada tulang pipih dan tulang pendek.<br />
<ol>
<li><strong>c. </strong><strong>Berdasarkan letaknya tulang dibedakan menjadi : </strong></li>
</ol>
© <strong>Tulang Axial terdiri dari :</strong><br />
<ol>
<li><strong>A. </strong><strong>Tulang Tengkorak :</strong></li>
</ol>
1) Tulang dahi = 1 buah<br />
2) Tulang ubun-ubun = 2 buah<br />
3) Tulang kepala bagianbelakang = 1 buah<br />
4) Tulang pelipis = 2 buah<br />
5) Tulang baji = 2 buah<br />
6) Tulang tapis = 2 buah<br />
7) Tulang mata = 2 buah<br />
8) Tulang air mata = 2 buah<br />
9) Tulang rongga mata = 2 buah<br />
10) Tulang pipi = 2 buah<br />
11) Tulang hidung = 2 buah<br />
12) Tulang rahang atas = 2 buah<br />
13) Tulang rahang bawah = 2 buah<br />
14) Tulang langit-langit = 2 buah<br />
15) Tulang pangkal lidah = 1 buah<br />
<ol>
<li><strong>B. </strong><strong>Tulang Pendengaran :</strong></li>
</ol>
1) Tulang martil = 2 buah<br />
2) Tulang landasan = 2 buah<br />
3) Tulang sanggurdi = 2 buah<br />
<ol>
<li><strong>C. </strong><strong>Tulang badan :</strong></li>
</ol>
1) Tulang leher = 7 ruas<br />
2) Tulang punggung = 12 ruas<br />
3) Tulang pinggang = 5 ruas<br />
4) Tulang kelangkang = 5 buah<br />
5) Tulang ekor =4 ruas (menyatu)<br />
<ol>
<li><strong>D. </strong><strong>Tulang dada :</strong></li>
</ol>
1) Tulang dada bagian hulu = 1 buah<br />
2) Tulang dada bagian badan = 1 buah<br />
3) Tulang dada bagian taju pedang = 1buah<br />
<ol>
<li><strong>E. </strong><strong>Tulang rusuk :</strong></li>
</ol>
1) Tulang rusuk sejati = 7 pasang<br />
2) Tulang rusuk palsu = 3 pasang<br />
3) Tulang rusuk melayang = 2 pasang<br />
<ol>
<li><strong>F. </strong><strong>Tulang gelang bahu :</strong></li>
</ol>
1) Tulang selangka = 2 buah<br />
2) Tulang belikat = 2 buah<br />
<ol>
<li><strong>G. </strong><strong>Tulang gelang panggul :</strong></li>
</ol>
1) Tulang usus = 2 buah<br />
2) Tulang duduk = 2 buah<br />
3) Tulang kemaluan = 2 buah<br />
© <strong>Tulang Apendikuler/Extremitas</strong><br />
<strong>A. Tulang pergerakan atas :</strong><br />
1) Tulang lengan atas = 2 buah<br />
2) Tulang pengumpil = 2 buah<br />
3) Tulang hasta = 2 buah<br />
4) Tulang pergelangan tangan = 2 x 8 buah<br />
5) Tulang telapak tangan = 2 x 5 buah<br />
6) Tulang ruas jari tangan = 2 x 14 ruas<br />
B. <strong>Tulang pergerakan bawah :</strong><br />
<strong> </strong><br />
1) Tulang paha = 2 buah<br />
2) Tulang tempurung lutut = 2 buah<br />
3) Tulang betis = 2 buah<br />
4) Tulang kering = 2 buah<br />
5) Tulang pergelangan kaki = 2 x 7 ruas<br />
6) Tulang telapak kaki = 2 x 5 buah<br />
7) Tulang ruas jari kaki = 2 x 14 ruas<br />
<strong>CATATAN : </strong><br />
UNTUK PENAMAAN TULANG DALAM BAHASA LATIN LIHAT RINGKASAN SISTEM GERAK MATERI 3.2 (PROGRAM EXCEL).<br />
<strong>Persendian/artikulasi</strong><br />
Merupakan hubungan antara 2 buah tulang. Struktur khusus yang
terdapat pada artikulasi yang dapat memungkinkanuntuk pergerakan
disebut dengan sendi.<br />
Artikulasi dapat dibedakkan menjadi :<br />
<strong>1) </strong><strong>SINARTHROSIS</strong><br />
Disebut juga dengan sendi mati.<br />
Yaitu hubungan antara 2 tulang yang tidak dapat digerakkan sama
sekali. Artikulasi ini tidak memiliki celah sendi dan dihubungkan dengan
jaringan serabut. Dijumpai pada hubungan tulang pada tulang-tulang
tengkorak yang disebut sutura/suture.<br />
<strong>2) </strong><strong>AMFIARTHROSIS</strong><br />
Disebut juga dengan sendi kaku.<br />
Yaitu hubungan antara 2 tulang yang dapat digerakkan secara
terbatas. Artikulasi ini dihubungkan dengan cartilago. Dijumpai pada
hubungan ruas-ruas tulang belakang, tulang rusuk dengan tulang belakang.<br />
<strong>3) </strong><strong>DIARTHROSIS</strong><br />
Disebut juga dengan sendi hidup.<br />
Yaitu hubungan antara 2 tulang yang dapat digerakkan secara leluasa
atau tidak terbatas. Untuk melindungi bagian ujung-ujung tulang sendi,
di daerah persendian terdapat rongga yang berisi minyak sendi/cairan
synovial yang berfunggsi sebagai pelumas sendi.<br />
<strong>Dapat dibedakan menjadi :</strong><br />
<strong>a) </strong><strong>Sendi engsel </strong><br />
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan hanya satu arah
saja. Dijumpai pada hubungan tulang Os. Humerus dengan Os. Ulna dan Os.
Radius/sendi pada siku, hubungan antar Os. Femur dengan Os. Tibia dan
Os. Fibula/sendi pada lutut.<br />
<strong>b) </strong><strong>Sendi pelana/sendi sellaris</strong><br />
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan kedua arah.
Dijumpai pada hubungan antara Os. Carpal dengan Os. Metacarpal, sendi
pada tulang ibu jari.<br />
<strong>c) </strong><strong>Sendi putar</strong><br />
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan salah satu tulang
berputar terhadap tulang yang lain sebagai porosnya. Dijumpai pada
hubungan antara Os. Humerus dengan Os. Ulna dan Os. Radius, hubungan
antar Os. Atlas dengan Os. Cranium.<br />
<strong>d) </strong><strong>Sendi peluru/endartrosis</strong><br />
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan ke segala
arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan Os. Scapula dengan Os.
Humerus, hubungan antara Os. Femur dengan Os. Pelvis virilis.<br />
<strong>e) </strong><strong>Sendi geser</strong><br />
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan pada satu
bidang saja atau gerakan bergeser. Dijumpai pada ruas-ruas Os.
Vertebrae, ruas-ruas Os. Metatarsal dan ruas-ruas Os. Metacarpal.<br />
<strong>f) </strong><strong>Sendi luncur</strong><br />
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan badan
melengkung ke depan (membungkuk) dan ke belakang serta gerakan memutar
(menggeliat).<br />
<strong>g) </strong><strong>Sendi gulung</strong><br />
Yaitu hubungan antar tulang yang gerakan tulangnya seolah-olah
mengitari tulang yang lain. Dijumpai pada hubungan Os. Metacarpal dengan
Os. Radius.<br />
<strong>h) </strong><strong>Sendi ovoid</strong><br />
Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan berporos dua,
dengan gerak ke kiri dan ke kanan; gerakan maju dan mundur; gerakan
muka/depan dan belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk ovaldanmasuk
ke dalam suatu lekuk yang berbentuk elips. Dijumpai pada hubungan Os.
Radius dengan Os. Carpal.<br />
<strong>Alat Gerak Aktif/Otot</strong><br />
<strong>Berdasarkan struktur selnya dibedakan menjadi :</strong><br />
<ol>
<li><strong>Otot Polos/Licin</strong></li>
</ol>
<ul>
<li>Memiliki bentuk sel otot seperti silibdris/gelendong dengan kedua ujung meruncing.</li>
<li>Memiliki satu buah inti sel yang terletak di tengah sel otot.</li>
<li>Mempunyai permukaan sel otot yang polos dan halus/licin.</li>
<li>Pergerakan sel otot ini diluar kehendak/tanpa disadari dengan sifat
pergerakan lambat dan teratur. Sehingga dengan demikian tidak
memungkinkan cepat lelah pada sel otot.</li>
<li>Sel otot ini banyak dijumpai di seluruh organ dalam tubuh keculai jantung dan rangka.</li>
</ul>
<ol>
<li><strong>Otot Lurik/Seran Lintang/Rangka</strong></li>
</ol>
1) Memiliki bentuk sel yang panjang seperti serabut/benang/filament.<br />
2) Memiliki banyak inti sel yang terletak di tepi.<br />
3) Memiliki permukaan yang tampak bergaris-garis gelap dan
terang yanag melintang pada struktur selnya. Hal ini dikarenakan adanya
myofibril yang tidak seragam/tidak sama tebalnya pad permukaan sel otot.<br />
4) Pergerakan sel otot ini sesuai dengan kehendak/diperintah
oleh otak. Sehingga sifat pergerakannya cepat dan tidak teratur serta
mudah lelah.<br />
5) Sel otot ini hanya dijumpai di rangka, karena melekat di tulang untuk pergerakan.<br />
<ol>
<li><strong>Otot Jantung/myocardium</strong></li>
</ol>
<ul>
<li>Memiliki bentuksel yang memanjang seperti serabut/filament yang
bercabang. Percabangan sel otot jantung disebut dengan Sinsitium.</li>
<li>Memilki banyak inti sel yang terletak di tepi agak ke tengah.</li>
<li>Pergerakan sel otot ini tanpa disadari/diluar kehendak.s ehingga
sifat pergerakannya adalah lamat, teratur dan tidak mudah lelah.</li>
<li>Sel otot ini hanya dijumpai pada organ jantung.</li>
</ul>
<strong>Berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi :</strong><br />
<strong>1) </strong><strong>Otot sinergis</strong><br />
Yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya saling mendukung/bekerja sama/menimbulkan gerakan yang searah.<br />
Ex :<br />
© Seluruh otot pronator yang mengatur pergerakan telapak tangan untuk menelungkup.<br />
© Seluruh otot supinator yang mengatur pergerakan telapak tangan m enengadah.<br />
<strong>2) </strong><strong>Otot antagonis </strong><br />
Yaitu hubungan antar otot sayng cara kerjanya saling berlawanan/bertolak belakang/tidak searah.<br />
<strong>Macamynya :</strong><br />
<ul>
<li>Otot ekstensor (meluruskan) dengan fleksor (membengkokkan).</li>
<li>Otot abductor (menjauhi sumbu badan) dengan adductor (mendekatisumbu badan).</li>
<li>Otot supinator (menengadah) dengan pronator (menelungkup).</li>
<li>Otot depressor (gerakan ke bawah) dengan elevator (gerakan ke atas).</li>
</ul>
<strong>Berdasarkan perlekatannya dibedakan menjadi :</strong><br />
<strong>1 </strong><strong>Origo</strong><br />
Yaitu bagian ujung otot yang melekat pada tulang dengan pergerakan yang tetap/stabil pada saat kontraksi.<br />
<strong>2 </strong><strong>Insersio</strong><br />
Yaitu bagian ujung otot yang melekat pada tulang dengan pergerakan yang berubah posisi pada saat kontraksi.<br />
<strong>Bagan/skema mekanisme cara kerja otot.</strong><br />
<strong>1 </strong><strong>Kontraksi</strong><br />
Impuls sel otot ujung
saraf asetilkolin sel
otot membebaskan ion Ca 2<sup>+</sup> protein aktin +
myosin aktomiosin serabut
otot memendek kontraksi.<br />
<strong>2 </strong><strong>Relaksasi</strong><br />
Impuls plasma sel otot menyerap Ca 2<sup>+</sup>
aktomiosin aktin + myosin
serabut otot memanjang relaksasi.<br />
<strong>Kelainan pada tulang dan otot </strong><br />
<strong>Penyebab kelaian oleh :</strong><br />
<ul>
<li>Genetis</li>
<li>Kuman penyakit.</li>
<li>Kelainan susunan tulang dan sendi.</li>
<li>Kebiasaan sikap duduk yang salah.</li>
<li>Kebiasaan aktivitas kerja yang berlebihan.</li>
<li>Kurang gizi.</li>
<li>Kecelakaan.</li>
</ul>
<strong>Macam kelainan pada sistem gerak </strong><br />
v Fraktura /patah tulang<br />
Yaitu kelainan pada tulang akibat kecelakaan, baik kendaraan bermotor
atau jatuh. Dibedakan menjadi 2 yaitu fraktura yang tertutup (patah
tulang yang tidak sampai merobek kulit/otot) dan fraktura yang terbuka
(patah tulang yang merobek/menembus kulit/otot).<br />
v <strong>Osteoporosis </strong><br />
Yaitu kelainan pada tulang yang disebakan karena adanya
pengeropososan tulang. Hal ini karena tubuh sudah tidak mampu lagi
menyerap dan menggunakan Calcium secara normal.<br />
v <strong>Fisura/retak tulang </strong><br />
Yaitu kelainan tulang yang menimbulkan keretakan pada tulang, akibat kecelakaaan.<br />
v <strong>Lordosis </strong><br />
Yaitu kelainan tulang karena sikap duduk sehingga tulang belakang
melekung pada daerah lumbalis. Ha ini akan mengakibatkan posisi kepala
tertarik ke belakang.<br />
v <strong>Skolisosis</strong><br />
Yaitu kelainan tulang karena sikap duduk sehingga tulang belakang
melekung ke araah lateral. Hal ini akan menyebabkan badan akan bengkok
membentuk huruf S.<br />
v <strong>Kifosis</strong><br />
Yaitu kelainan tulang karena sikap duduk sehingga tulang belakang yanag terlalu membengkok ke belakang.<br />
v <strong>Hipertrofi</strong><br />
Yaitu kelainan otot yang membesar dan menjadi lebih kuat karena sel
otot diberikan kegiatan/aktivitas yang terus menerus secara berlebihan.<br />
v <strong>Atrofi </strong><br />
Yaitu kelainan otot yang mengecil, lemah, fungsi otot yang menurun.
Hal ini disebabkan adanya penyakit polimielitis yang dapat merusakkan
sel saraf pada otot.<br />
v <strong>Stiff/kaku leher</strong><br />
Yaitu kelainan otot karena adanya peradangan otot trapesius leher akibat gerakan yang menghentak secara tiba-tiba/salah gerak.<br />
v <strong>Tetanus</strong><br />
Yaitu kelainan otot yang disebabkan adanya infeksi bakteri <em>Clostridium tetani</em>. Sehingga menyebabkan otot menjadi kejang-kejang.<br />
v Dll.Belajar Biologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/03850849714678851099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8710157699887286143.post-1345515114993767952012-08-30T05:40:00.007-07:002012-08-30T05:40:33.462-07:00SISTEM RESPIRASI MANUSIA<h2>
Sistem Respirasi Manusia</h2>
<strong>Sistem Respirasi Manusia</strong><br />
Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun
secara harfiah sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan (<em>breathing</em>)
artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas
diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam
tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan.
Sementara, respirasi (<em>respiration</em>) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel sehingga diperoleh energi.<br />
Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk
melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan
pernapasan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan.<br />
<strong>1. Struktur Pernafasan Manusia</strong><br />
a. Hidung<br />
Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun
atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh
tulang <em>nasalis</em>. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum<br />
ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid.<br />
Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh<br />
ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior,
dan ethomoid sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis.<br />
Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka
nasalis superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah
pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di
dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel
goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu.
Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang
mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak
pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang akan
masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan masuk melalui hidung terlebih
dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung.<br />
b. Faring<br />
udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan <em>(nasofaring) </em>pada bagian depan dan saluran pencernaan <em>(orofaring)</em>
pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring
berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang rongga hidung dan
mulut, dan tersusun dari otot rangka. Faring berfungsi sebagai jalannya
udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran
pernapasan <em>(nasofaring) </em>pada bagian depan dan saluran pencernaan <em>(orofaring)</em> pada bagian belakang.<br />
c. Laring<br />
Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut juga laring. <strong>Laring </strong>tersusun
atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun. Jakun tersebut
tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan,
piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.<br />
Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (<em>epiglotis</em>).
Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak melipat ke bawah, dan ketemu
dengan katup pangkal tenggorokan sehingga membuka jalan udara ke
tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut menutupi pangkal
tenggorokan dan saat bernapas katup tersebut akan membuka.<br />
Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saja saat kita berbicara.<br />
d. Trakea<br />
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di
leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan kaku,
dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga
bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang
masuk ke saluran pernapasan.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="10" width="41"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
e. Bronkus<br />
Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri.
Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal
daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah
kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan<br />
seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis.<br />
Pada seseorang yang menderita asma bagian otot-otot bronkus ini
berkontraksi sehingga akan menyempit. Hal ini dilakukan untuk mencegah
masuknya lebih banyak benda asing yang menimbulkan reaksi alergi.
Akibatnya penderita akan mengalami sesak napas. Sedangkan pada penderita
bronkitis, bagian bronkus ini akan tersumbat oleh lendir. Bronkus
kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 kali percabangan membentuk <em>bronkiolus</em>. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.<br />
f. Paru-paru<br />
Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru.
Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga dada,
tepatnya di atas sekat diafragma. <strong>Diafragma </strong>adalah
sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dan rongga perut.
Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih besar
daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir.<br />
Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut <strong>pleura</strong>. Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang disebut <strong>alveolus</strong>.
Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah. Adanya
alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas. Diperkirakan,
luas permukaan paruparu sekitar 160 m2. Dengan kata lain, paru-paru
memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas daripada luas
permukaan tubuh.<br />
Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang terdapat pada
alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu menem bus dinding
kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam
pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel
darah merah sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen
diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel
tubuh, oksigen dilepaskan sehingga oksihemoglobin kembali menjadi
hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk oksidasi.<br />
Karbon dioksida yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh
plasma darah melalui pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di
alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan din ding<br />
alveolus. Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung
untuk dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di
alveolus.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="10" width="122"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<strong>2. Mekanisme Pernafasan Manusia</strong><br />
<strong> </strong>Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara
otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun, karena sistem
pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat
terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis,
yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.<br />
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan<br />
darah dalam kapiler. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi
antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara
dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga
dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga
dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan
dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.<br />
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (
inspirasi) dan pengeluaran udara ( ekspirasi) maka mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.<br />
<strong>1. Pernafasan Dada</strong><br />
Apabila kita menghirup dan menghempaskan udara menggunakan pernapasan
dada, otot yang digunakan yaitu otot antartulang rusuk. Otot ini
terbagi dalam dua bentuk, yakni otot antartulang rusuk luar dan otot
antartulang rusuk dalam.<br />
Saat terjadi inspirasi, otot antartulang rusuk luar berkontraksi,
sehingga tulang rusuk menjadi terangkat. Akibatnya, volume rongga dada
membesar. Membesarnya volume rongga dada menjadikan tekanan udara dalam
rongga dada menjadi kecil/berkurang, padahal tekanan udara bebas tetap.
Dengan demikian, udara bebas akan mengalir menuju paru-paru melewati
saluran pernapasan.<br />
Sementara saat terjadi ekspirasi, otot antartulang rusuk dalam
berkontraksi (mengkerut/mengendur), sehingga tulang rusuk dan tulang
dada ke posisi semula. Akibatnya, rongga dada mengecil. Oleh karena
rongga dada mengecil, tekanan dalam rongga dada menjadi<br />
meningkat, sedangkan tekanan udara di luar tetap. Dengan demikian,
udara yang berada dalam rongga paru-paru menjadi terdorong keluar.<br />
<strong>2. Pernafasan Perut</strong><br />
<strong> </strong>Pada proses pernapasan ini, fase inspirasi terjadi
apabila otot diafragma (sekat rongga dada) mendatar dan volume rongga
dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih kecil
daripada udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun fase ekspirasi
terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi) dan volume
rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih
besar daripada udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke
luar.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="10" width="4"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="1" width="1"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<strong>3. Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (0<sub>2</sub>)dan Karbondioksida (CO<sub>2</sub>)</strong><br />
<strong> </strong>Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara, yakni <strong>pernapasan secara langsung </strong>dan <strong>pernapasan tak langsung</strong>.
Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan oleh permukaan tubuh
lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke dalam tubuh
melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung.<br />
Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paruparu.
Dengan lain kata, kita melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat
paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada pernapasan langsung tetap
terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang meng alami<br />
proses difusi dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus.<br />
Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia
mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan
karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan
internal.<br />
<strong>a. Pernafasan Eksternal</strong><br />
<strong> </strong>Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar,
udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang
mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat
yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses
pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah
dalam paru-paru dinamakan <strong>pernapasan eksternal</strong>.<br />
Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru,
sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) .
Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) air (H2O)
yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar. Persamaan
reaksinya adalah sebagai berikut.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="4" width="15"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb)
melepaskan ion-ion hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut
terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2)
menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="2" width="15"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena
adaperbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus.
Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada
darah dan udara berbeda.<br />
Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan
tekanan parsial oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain,
konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen
pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju
darah pada alveolus paru-paru.<br />
Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar
dibandingkan tekanan parsial karbondioksida pada udara. Sehingga,
konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil di bandingkan
konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada
darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.<br />
<strong>b. Pernafasan Internal</strong><br />
Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas
pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses
pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut berlangsung
dalam respirasi seluler.<br />
Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan
lepas, dan selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut
akan digunakan dalam proses metabolisme sel. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="7" width="18"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui
proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan
parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dan cairan jaringan.
Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan
oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam
cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah
mengalir menuju cairan jaringan.<br />
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah
daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung
dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang
diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama hemoglobin
membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2). Reaksinya sebagai berikut.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="5" width="44"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma
darah dan bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim
anhidrase, asam karbonat akan segera terurai menjadi dua ion, yakni ion
hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO- Persamaan reaksinya sebagai
berikut.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="10" width="42"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
CO2 yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh
oleh paru-paru, akan tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa
ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah. Ion-ion bikarbonat di
dalam darah berfungsi sebagai bu. er atau larutan penyangga.\ Lebih
tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH
(derajat keasaman) darah.Belajar Biologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/03850849714678851099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8710157699887286143.post-54459321403779888432012-08-30T03:22:00.001-07:002012-08-30T03:33:34.416-07:00SISTEM EKSRESI<h2>
SISTEM EKSKRESI MANUSIA</h2>
<b>SISTEM EKSKRESI MANUSIA</b><br />
Di dalam tubuh makhluk hidup terjadi proses-proses biologis berupa
pembongkaran dan penyusunan (metabolisme). Metabolisme akan menghasilkan
zat yang berguna bagi tubuh dan zat-zat sisa yang tidak digunakan
tubuh. Sisa hasil metabolisme dikeluarkan melalui alat-alat pengeluaran.<br />
Apabila sisa hasil metabolisme tersebut tidak dikeluarkan maka dapat
menyebabkan tubuh keracunan. Zat-zat sisa yang dikeluarkan tubuh antara
lain karbon dioksida (CO2), amonia (NH4), dan air (H2O). Proses
pengeluaran sisa metabolisme yang tidak berguna tersebut disebut <i>ekskresi</i>.
Ekskresi melibatkan alat-alat khusus dan membentuk suatu sistem yang
disebut sistem ekskresi. Setiap makhluk hidup memiliki alat ekskresi
yang berbeda-beda. Kalian akan mempelajarinya pada bab ini.<br />
Sistem ekskresi sangat berperan penting untuk menjaga keseimbangancairan dalam tubuh (homeostatis) dengan cara <i>osmoregulasi</i>. Osmoregulasi, yaitu mekanime untuk mengatur konsentrasi bahan terlarut dalam cairan sel atau cairan tubuh.<br />
<b>1. Alat-Alat Ekskresi Pada Manusia</b><br />
<b> A. Ginjal</b><br />
<b> </b>Manusia mempunyai sepasang ginjal. Ginjal manusia
dewasa memiliki berat lebih kurang 200 gram dan panjang 10 cm. Ginjal
berbentuk seperti kacang merah dan berwarna merah tua, karena mengan
dung banyak kapiler darah. Organ ini terletak di dalam ronga perut
bagian belakang agak ke atas.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="1" width="100"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
Ginjal manusia terbagi atas dua lapisan, yaitu korteks (luar) dan
medula (dalam). Pada lapisan korteks ginjal, terdapat satuan struktural
dan fungsional terkecil yang disebut <b>nefron</b>. Satu buah ginjal manusia mengandung kurang lebih 1 juta nefron.<br />
Setiap nefron terdiri atas badan Malpighi (badan renalis) yang
tersusun dari kapsul Bowman dan glomerulus. Kapsul Bowman berdinding
rangkap dengan glomerulus di dalam cekungan kapsulnya. Glomerulus
merupakan untaian pembuluh kapiler darah yang dindingnya bertaut menjadi
satu dengan dinding kapsul Bowman. Sementara itu, tubulus-tubulus yang
menyusun nefron adalah tubulus proksimal, tubulus distal, dan tubulus
pengumpul/kolektipus yang dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler.
Pembuluh darah kapiler ini dinamakan <b>arteriol eferen </b>yang
meninggalkan glomerulus menuju vasa rekta. Vasa rekta merupakan kapiler
yang mengelilingi lengkung Henle. Adapun pembuluh darah kapiler yang
menuju glomerulus dinamakan <b>arteriol aferen</b>. Arteriol ini banyak menyuplai darah bagi glomerulus.<br />
Pada lapisan medula ginjal terdapat lengkung Henle. Lengkung Henle
merupakan saluran ginjal atau tubulus yang menghubungkan antara tubulus
distal pada daerah korteks dengan tubulus proksimal. Saluran lengkung
Henle ini ada yang menurun dan menaik. Orang dewasa memiliki panjang
seluruh tubulus lebih kurang 7,5-15 m.<br />
Pada lapisan medula juga terdapat tubulus kolektipus yang mengalirkan
zat sisa metabolisme (urine) menuju ureter. Ginjal mengendalikan
potensial air darah yang mele watinya. Substansi yang menyebabkan
ketidakseimbangan potensi air pada darah akan dipisahkan dari darah dan
diekskresikan dalam bentuk <b>urine</b>. Sebagai contoh adalah sisa nitrogen hasil pemecahan asam amino dan asam nukleat.<br />
<b>A.1 Proses Pembentukan Urine</b><br />
Proses pembentukan urine terjadi di tiap-tiap nefron pada ginjal, melalui tiga proses, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.<br />
<i>1) Filtrasi</i><br />
Filtrasi merupakan langkah pertama dalam proses pembentukan urine.
Dua faktor utama yang memungkinkan terjadinya filtrasi adalah struktur
glomerulus (kumpulan kapiler darah) yang sangat berpori dan tekanan
darah di glomerulus yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan
di kapiler-kapiler tubuh lain.<br />
Dalam proses ini, darah dalam glomerulus yang mengandung air, garam,
gula, urea dan zat-zat lain akan melewati pori glomerulus, kecuali yang
bermolekul besar seperti sel darah merah dan protein. Hasil penyaringan
(filtrat), ditampung dalam kapsul Bowman dan disebut filtrat glomerulus
atau urine primer. Jadi, cairan yang berada pada kapsul Bowman sama
dengan cairan darah dikurangi sel darah merah dan molekul protein. Dalam
keadaan normal, akan diproduksi 125 cc/menit cairan filtrat dari kedua
ginjal.<br />
<i>2) Reabsorpsi</i><br />
Reabsorpsi merupakan proses penyerapan kembali zat-zat yang masih
berguna yang terdapat pada urine primer. Filtrat glomerulus/urine primer
yang dihasilkan dari proses filtrasi masih mengandung bahanbahan yang
berguna bagi tubuh, seperti glukosa, garam-garam, asam amino, dan air.
Oleh karena itu, bahan-bahan tersebut harus diserap kembali ke dalam
darah untuk dapat digunakan oleh tubuh. Proses reabsorpsi terjadi selama
filtrat melalui tubulus nefron yang dikelilingi<br />
<b>B. Paru-paru</b><br />
Paru-paru memiliki fungsi utama sebagai alat pernapasan. Akan tetapi,
karena mengekskresikan zat sisa metabolisme maka dibahas pula dalam
sistem ekskresi. Karbon dioksida dan air hasil metabolisme di jaringan
diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dari jantung
akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya,
H2O dan CO2 berdifusi atau dieksresikan ke alveolus paru-paru karena
pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis.<br />
Karbon dioksida dari jaringan, sebagian besar (75%) diangkut oleh
plasma darah dalam bentuk senyawa HCO3, sedangkan sekitar 25% lagi
diikat oleh Hb yang membentuk karboksihemoglobin (HbCO2).<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="14" width="162"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<b>C. Kulit</b><br />
Kulit merupakan lapisan terluar tubuh yang berfungsi sebagai
pelindung tubuh dari kerusakan/pengaruh lingkungan. Kulit berfungsi
sebagai pelindung terhadap kerusakan-kerusakan fisik akibat gesekan,
penyinaran, kuman-kuman, panas, zat kimia, dan lain-lain. Selain itu,
kulit juga berfungsi untuk mengurangi kehilangan air, mengatur suhu
tubuh, menerima rangsang dari luar, dan ekskresi.<br />
Sebagai alat ekskresi, kulit terutama mengeluarkan limbah metabolism
berupa garam-garam (terutama garam dapur) dan sedikit urea, yang dibuang
melalui pengeluaran keringat. Dari kapiler darah yang terdapat pada
kulit, kelenjar keringat akan menyerap air dan larutan garam serta
sedikit urea. Air beserta larutan garam dan urea yang terlarut kemudian
dikeluarkan melalui pembuluh darah ke permukaan kulit tempat air
diuapkan dan merupakan penyerap panas tubuh kita.<br />
Kulit terdiri atas lapisan luar yang disebut <i>epidermis </i>dan lapisan dalam yang disebut <i>dermis</i>. Lapisan luar berlapis-lapis terdiri atas korneum yang mati dan selalu mengelupas, <i>stratum lucidum</i>, <i>stratum granulosum</i> yang mengandung pigmen, dan <i>stratum germinativum </i>yang
terusmenerus membentuk sel-sel baru ke arah luar. Di bawah lapisan
epidermis, terdapat dermis yang mengandung akar rambut, pembuluh darah,
kelenjar, dan saraf. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak yang
bertugas menghalangi pengaruh perubahan suhu di luar tubuh.<br />
Aktivitas kelenjar keringat ada di bawah pengaruh pusat pengatur suhu
badan dan system saraf pusat. Sistem ini dirangsang oleh
perubahanperubahan suhu di dalam pembuluh darah, kemudian rangsangan
dipindahkan oleh saraf simpatetik menuju kelenjar keringat. Oleh karena
itu, jumlah kandungan larutan ataupun banyaknya keringat yang
dikeluarkan selalu berbeda, semuanya ditujukan agar suhu badan selalu
tetap.<br />
Pengeluaran keringat yang berlebihan, seperti pada orang-orang yang
bekerja keras akan menyebabkan lebih cepat merasa haus dan sering
mengalami “lapar garam”. Demikian pula orang yang terkena terik
matahari, keringat yang keluar akan banyak mengandung larutan garam.
Kehilangan garam-garam dari larutan darah ini dapat menimbulkan
kejang-kejang dan pingsan.<br />
<b>D.Hati</b><br />
Pada tubuh manusia, hati merupakan kelenjar besar yang memiliki
peranan penting dalam sistem organ. Hati terletak pada bagian kanan di
atas rongga perut (otot diafragma). Beratnya sekitar 1,5 kg atau 3-5%
dari total berat tubuh kita.<br />
Pada bagian luar hati terdapat suatu selaput tipis yang dinamakan <b> selaput hati </b>(kapsula
hepatis). Darah disuplai ke dalam hati melalui dua pembuluh yaitu
arteri hati dan vena porta hepatis. Arteri hati membawa darah dengan
kandung an oksigen dari jantung. Sedangkan vena porta membawa darah yang
mengandung sari makanan dari usus halus.<br />
Selain berperan dalam proses pencernaan makanan, hati juga berfungsi
sebagai alat ekskresi. Zat yang dikeluarkan dari hati adalah cairan
empedu. <b>Cairan empedu </b>merupakan cairan berwarna hijau
kebiruan yang berfungsi dalam mencerna makanan berlemak. ini disimpan
dalam suatu bagian yang disebut <b>kantung empedu</b>. Zat-zat
yang terkandung dalam cairan empedu yakni garam mineral, pigmen
(bilirubin dan biliverdin), kolesterol, fosfolopid, dan air.<br />
Di dalam hati terdapat sel yang berfungsi merombak sel darah merah yang sudah tua dan rusak. Sel yang demikian dinamakan <b>sel histiosit</b>.
Sel darah merah yang tua dan rusak di dalam hati sekitar lebih dari 10
juta sel. Dalam proses perombakannya, hemoglobin (Hb) dipecah menjadi
zat besi (Fe), hemin, dan globin. Zat besi akan diambil dan di simpan
dalam hati, yang selanjutnya dikembalikan ke sumsum tulang sehingga
terbentuk eritrosit baru. Globin akan dibentuk menjadi Hb baru.
Sementara hemin dipecah menjadi bilirubin dan biliverdin yang berwarna
hijau biru. Zat warna empedu dikeluarkan ke usus 12 jari dan dioksidasi
menjadi urobilin yang berwarna kuning coklatan. Warna ini akan
memberikan warna khas tersendiri pada feses dan urine yang kita
keluarkan setiap harinya.<br />
Apabila terjadi gangguan, pembuluh empedu dapat mengalami
penyumbatan. Penyebabnya adalah adanya pengendapan kolesterol yang
membentuk batu empedu. Alhasil, feses yang keluar berwarna cokelat
abu-abu. Oleh karena pembuluh empedu mengalami penyumbatan, empedu akan
masuk ke dalam peredaran darah, sehingga mengakibatkan darah berwarna
kekuning-kuningan. Keadaan demikian lazim dinamakan <b>penyakit kuning</b>.<br />
Organ hati dapat pula menghasilkan enzim arginase. <b>Enzim arginase </b>merupakan enzim yang berperan dalam proses penguraian<b> </b>asam amino. Prosesnya dinamakan <b>deaminasi</b>. Asam amino yang diuraikan<b> </b>yakni asam amino arginin menjadi ornitin dan urea. Ornitin<b> </b>akan mengikat amonia dan karbondioksida yang bersifat racun. Selanjutnya<b> </b>ornitin akan dinetralkan dalam hati. Adapun urea akan diserap<b> </b>ginjal untuk dikeluarkan bersama urine.<b> </b>Dengan demikian, dari penjelasan di atas ada beberapa fungsi hati<b> </b>bagi tubuh manusia. Fungsi itu antara lain penyimpan lemak dalam<b> </b>bentuk glikogen, perombak dan pembentuk protein, penawar racun<b> </b>pada makanan, dan perombak sel darah merah.<br />
<br />Belajar Biologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/03850849714678851099noreply@blogger.com0